Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik tipis pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) menjelang diumumkannya data persedian minyak di AS yang diperkirakan akan menurun.
Sentimen mengenai persediaan yang menurun ini melebihi kekhawatira investor mengenai ketegangan perang dagang yang dapat membebani permintaan.
Mengutip CNBC, Rabu (26/6/2019), harga minyak berjangka Brent yang merupakan patokan harga dunia naik 32 sen menjadi USD 65,18 per barel. Sedangkan harga minyak berjangka AS naik 18 sen menjadi USD 58,09 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Kegelisahan di pasar minyak mengenai ketegangan perselisihan AS dengan Iran mereda setelah Presiden Trump membatalkan serangan udara ke Iran.
Serangan itu awalnya dimaksudkan untuk membalas tindakan Teheran yang menembak jatuh pesawat tak berawak atau drone militer AS di hari yang sama.
Mengirim sinyal bullish, jajak pendapat Reuters pada Senin menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun untuk minggu kedua berturut-turut.
Tetapi kekhawatiran atas ketegangan perdagangan AS dan China masih menekan harga minyak, kata para analis.
"Anda akan melihat minyak mengalami kesulitan dalam menentukan arah selama beberapa hari ke depan," kata Josh Graves, analis senior di RJO Futures di Chicago.
"Ada tarik-menarik antara faktor bullish dan bearish."Â tambah dia.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perang Dagang
Membebani harga, harapan kemajuan pembicaraan dalam perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat selama pertemuan G20 minggu ini ditangkis oleh pernyataan pejabat senior AS yang mengatakan Presiden Donald Trump "nyaman dengan hasil apa pun".
"Pertemuan AS-China di sisi G20 dapat menandakan pemulihan hubungan lebih lanjut di perdagangan, tetapi pasar membutuhkan sesuatu yang bisa membuat mereka yakin," kata Gene McGillian, analis di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
"Kami telah bolak-balik pada sengketa perdagangan AS-China selama lebih dari satu tahun hingga sekarang," tambah McGillian.
Advertisement