Kualitas Pekerja Indonesia Bakal Saingi Denmark di 2065

Menteri PPN/Kepala Bappenas mengungkapkan tenaga kerja Indonesia jika dibandingkan dengan Denmark tertinggla jauh.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Jul 2019, 18:46 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 18:46 WIB
Sri Mulyani, Yasonna Laoly, dan Bambang Brodjonegoro Rapat Kerja Bersama DPR
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menkumham Yasonna Laoly, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat rapat kerja dengan Banggar DPR, Jakarta, Selasa (4/9). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, menyampaikan fakta mengejutkan dalam Indonesia Development Forum 2019 (IDF 2019) terkait kualitas tenaga kerja Indonesia.

Bambang mengungkapkan, para lulusan sarjana di Indonesia ternyata mempunyai kemampuan setara lulusan SMA di Denmark.

"Tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi di Indonesia kenyataannya setara dengan tenaga kerja lulusan SMA di Denmark. Yang satu lulusan universitas, dapat sarjana, ijazah, yang satu lulusan SMA. Ketika kerja ternyata kualitasnya sama," ujar Menteri Bambang di JCC, Senin (22/7/2019).

Data itu berdasarkan laporan 'The Need for a Pivot to Learning: New Data on Adult Skills from Indonesia'. Laporan itu juga menyebut para pemuda Jakarta berusia 25-26 tahun memiliki kemampuan literasi lebih rendah dari lulusan SMP di Denmark.

Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) ini turut menyorot rendahnya skor Indonesia dalam PISA, seperti pada matematika dan literasi.

Tak hanya tertinggal dari negara maju, Indonesia pun ketinggalan dari negara tetangga. Melalui metode forecast, Indonesia baru bisa menyusul pada tahun 2065 kelak.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Solusi

Ilustrasi Bekerja
Ilustrasi bekerja (dok. Pixabay.com/kaboompics/Putu Elmira)

Salah satu solusi Menteri Bambang dalam masalah tenaga kerja adalah menambah sertifikasi khususnya pada kemampuan vokasi. Menurutnya pendidikan seharusnya tak mengacu pada mendapat gelar atau sekadar lulus saja melainkan menyediakan sertifikat kompetensi.

"Bahkan kalau kita lihat di negara maju banyak orang tak punya ijazah, apakah ijazah SMA atau perguruan tinggi, tetapi bisa mendapatkan income yang tinggi. Kenapa? Karena punya sertifikat kompetensi di bidang yang memang dia sangat ahli," terang Menteri Bambang.

Sebagai contoh, Bambang mendukung adanya sekolah coding untuk segala usia sehingga memudahkan tenaga kerja dalam mendepat sertifikasi kerja. Untuk sekolah vokasi, Menteri Bambang menyarankan supaya mereka tak sibuk sendiri, tetapi turut melihat kebutuhan pasar.

"Tak bisa lagi yang namanya SMK maupun politeknik itu hanya sibuk dengan kurikulumnya sendiri, dengan ijazahnya sendiri, dan tidak memerhatikan kebutuhan pasar. Justru sekarang kita akan mendorong BLK (Balai Latihan Kerja), SMK sampai politeknik agar bisa membaca kebutuhaan pasar," ujar sang menteri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya