Simak, Cara PT Vale Hijaukan Lahan Bekas Tambang

PT Vale Indonesia berkomitmen untuk menghijaukan kembali lahan bekas tambang

oleh Athika Rahma diperbarui 02 Agu 2019, 14:15 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 14:15 WIB
Lahan bekas tambang, PT Vale Indonesia
Lahan bekas tambang, PT Vale Indonesia (dok: Athika Rahma)

Liputan6.com, Jakarta Aktivitas menambang butuh tanggung jawab lingkungan. Untuk menghijaukan kembali lahan bekas tambang, PT Vale Indonesia membangun nursery atau kebun bibit yang memproduksi hingga 700 ribu bibit pohon setiap tahunnya.

Nursery yang dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare itu ternyata juga bisa dijadikan destinasi wisata. Tampak beragam jenis alat berat di pamerkan di lahan bekas penambangan dekat dengan nursery.

Terletak di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, kebun bibit ini menampung lebih dari 60 spesies tanaman, mulai dari bitti, kayu angin, sengon, ekaliptus, buri hingga dengen.

"Sampai saat ini, PT Vale telah mereklamasi kurang lebih 4.211 hektare lahan," ujar Andri Ardiansyah, Reforestation Engineer PT Vale di Sorowako, Jumat (2/8/2019).

Selain ditanam, bibit yang dikembangkan di nursery milik Vale Indonesia ini juga dibagikan kepada masyarakat sebesar 20 persen sebagai donasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

PT Vale Raup Pendapatan USD 165 Juta di Kuartal II 2019

Tambang Nikel PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan
Tambang Nikel PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan (dok: Athika Rahma)

Emiten pertambangan PT Vale Indonesia menyampaikan laporan keuangan di kuartal II tahun 2019. Perusahaan dengan kode saham INCO ini membukukan pendapatan sebesar USD 165,8 juta, naik 31,17 persen dari kuartal sebelumnya yang sebesar USD 126,4 juta.

Dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, peningkatan kinerja ini dikarenakan harga jual nikel semakin membaik dan beban pokok pendapatan per metrik ton yang rendah. Saat ini, harga jual nikel yang diproduksi PT Vale Indonesia, nikel matte, dijual di angka USD 9.774 per ton.

Tercatat, produksi nikel matte PT Vale Indonesia di kuartal II sebesar 17.631 metrik ton, lebih tinggi dibanding kuartal I yang sebesar 13.080 metrik ton. Kemudian, penjualan nikel juga naik menjadi 16.965 metrik ton dari yang awalnya sebesar 13.867 metrik ton.

Laba sebelum beban non operasi, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perusahaan pun naik menjadi USD 28,8 juta, 7 kali lebih tinggi di kuartal sebelumnya yang sebesar USD 4 juta.

Laporan keuangan ini sebenarnya belum rinci. Nantinya, laporan keuangan yang diaudit dan laporan triwulan versi lengkap akan dirilis pada 5 Agustus 2019 mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya