Penerimaan Pajak Semester I 2019 Melempem, Ini Biang Keroknya

Penerimaan pajak dari sektor pertambangan dan industri pengolahan yang mengalami koreksi paling besar.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Agu 2019, 15:45 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 15:45 WIB
DJP Riau-Kepri Pidanakan 2 Pengemplang Pajak
Ilustrasi: Pajak Foto: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak semester I 2019 sebesar Rp 603,34 triliun. Jumlah tersebut hanya tumbuh 3,74 persen jika dibanding periode yang sama di 2018.

Meskipun tercatat ada pertumbuhan secara volume penerimaan, tapi pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibanding dengan kinerja penerimaan pada 2018 yang berhasil naik 13,9 persen.

Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Robert Pakpahan menjelaskan, terdapat beberapa jenis pajak utama mengalami tekanan pada semester I 2019. Misalnya PPh 22 impor, hanya tumbuh 2,3 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding 2018 yang tumbuh 28 persen.

Selanjutnya, lanjut Robert, ada PPh Badan yang hanya tumbuh 3,4 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan tahun lalu sebesar 23,8 Persen.

"Kemungkinan harga jual barangnya turun. Sebagian dari para korporasi ini sudah minta penyesuaian ke kami. Kemungkinan besar dipengaruhi harga-harga jual produk mereka," kata Robert, dalam Media Gathering, di Bali, Jumat (2/8/2019).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Secara Sektoral

Pajak
Ilustrasi Foto Pajak (iStockphoto)

Jika menilik berdasarkan sektor, maka penerimaan pajak dari sektor pertambangan dan industri pengolahan yang mengalami koreksi paling besar.

Jika pada periode yang sama tahun lalu sektor pertambangan tumbuh tumbuh 80,3 persen, maka tahun ini sektor tersebut tumbuh minus 14 persen. Sementara industri pengolahan terkoreksi 2,6 persen. "Faktor utama yang menyebabkan kontraksi sektoral adalah penurunan harga komoditas tambang di pasar global," jelas dia.

"Selain itu, faktor restitusi yang mencapai 11 persen. Tekanan terbesar dihadapi oleh dua subsektor utama yaitu pertambangan batu bara dan bijih logam," imbuh dia.

Sedangkan kinerja penerimaan dari sektor jasa transportasi dan pergudangan serta jasa keuangan, ujar dia, tumbuh lebih baik dibanding 2018. Pertumbuhan sektor jasa transportasi bahkan lebih laju 13 persen dibanding tahun lalu.

Dia mengungkapkan, perlambatan ekonomi global memang masih menjadi beban yang tak mampu dibendung pasar komoditas batu bara internasional. Tren penurunan harga batu bara pun masih berlanjut di tahun ini.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya