Liputan6.com, Hong Kong - Laporan Capgemini menyebut para orang kaya asal Hong Kong kehilangan status orang kaya mereka secara massal pada 2018. Tercatat ada 13 persen orang terkaya Hong Kong yang kekayaannya menurun drastis, padahal rata-rata global hanya tiga persen.
Dilaporkan South China Morning Post, Jumat (9/8/2019), satu dari 10 orang kaya Hong Kong yang mempunyai status High Net Worth Individual (HNWI) pada awal 2018 tak bisa lagi menyandang status itu pada akhir tahun. Orang yang mendapat predikat HNWI adalah mereka yang punya kekayaan minimal USD 1 juta atau Rp 14,1 miliar (USD 1 = Rp 14.189).
Advertisement
Baca Juga
Wilayah Hong Kong disebut sensitif terhadap pergerakan pasar. Seperti diketahui, ekonomi global sedang melambat akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, sehingga negara yang memiliki ketergantungan pada perdagangan global terkena dampak paling parah. Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pun melambat pada tahun lalu.
"Kapitalisasi pasar turun sekitar 12 persen dan pertumbuhan GDP juga menurun ketimbang naik, dan pasar real estate di Hong Kong sedang cooling-off. Faktor-faktor tersebut bila digabungkan membuat ekuitas di Hong Kong menurun, yang memberi dampak ke miliarder atau jutawan Hong Kong," ujar Chirag Thakral, kepala deputi Global Financial Services Market Intelligence Strategic Analysis Group di Capgemini.
Para orang kaya Hong Kong baru mendapat untung besar ketika pasar dalam keadaan bullish (naik), dan sebaliknya berlaku ketika performa pasar melambat. Namun, Hong Kong tidak sendirian, sebab pada tahun lalu jumlah orang kaya dari China, India, dan Singapura juga menurun.
Capgemini mencatat untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun kekayaan di dunia menurun. Untuk pengecualian, ada satu wilayah yang kekayaannya terus bertumbuh pada tahun lalu, yakni Timur Tengah.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Para Taipan Rugi 265 Triliun Akibat Protes Hong Kong
Situasi ekonomi Hong Kong pada tahun ini pun masih buram karena terdampak gejolak sosial-politik. Sebelumnya dilaporkan, para miliarder rugi akibat protes yang berkepanjangan.
Protes Hong Kong demi melawan pengaruh China membuat para taipan harus bersabar. Protes pro-demokrasi yang sudah berjalan sembilan minggu ini membuat para miliarder rugi USD 18,6 miliar atau Rp 265 triliun (USD 1 = 14.265).
Menurut laporan Bloomberg, kekayaan 10 taipan terkaya di Hong Kong menurun karena nilai saham perusahaan mereka yang tergerus sejak 23 Juli lalu. Penyebabnya adalah gabungan krisis politik dan perang dagang yang terjadi.
Miliarder dermawan Li Ka-shing mengalami kerugian terbesar, yakni USD 2,7 miliar (Rp 38,5 triliun). Sementara itu CEO Tencent Ma Huateng kehilangan USD 1,6 miliar (Rp 22,8 triliun). Saham Tencent kebetulan didaftarkan di Bursa Efek Hong Kong.
Krisis politik Hong Kong yang belum menemukan jalan terang membuat luntur daya tarik Hong Kong sebagai kota keuangan dan perdagangan dunia. Sektor turisme dan ritel juga sudah kena dampak. Beberapa pendemo pun sampai menduduki bandara hingga mengganggu penerbangan.
Protes awalnya berlangsung damai, tetapi ternyata terus berlanjut dan belakangan sudah mulai melibatkan kekerasan fisik yang melibatkan pendemo, aparat, dan oknum sipil yang melawan pendemo. Para PNS pun sampai ikut turun ke jalan untuk protes.
"Situasi sudah tereskalasi ke wilayah yang tak bisa jelaskan (unknown territory), jadi sekarang para investor mengambil pendekatan wait-and-see. Masih agak sulit melihat ke mana arahnya hal ini," ujar Shaun tan, analis UOB Kay Hian.
Para pendemo pro-demokrasi sebetulnya berhasil menyetop RUU Ekstradisi yang dianggap membahayakan. Kini mereka menuntut agar Kepala Eksekutif Carrie Lam untuk mundur sebagai pemimpin Hong Kong karena dianggap sebagai boneka pemerintahan China.
Selengkapnya, berikut 10 taipan yang hartanya menurun karena protes besar di Hong Kong:
Advertisement
Penurunan Kekayaan 10 Taipan
Daftar 10 taipan terkaya di yang kekayaannya menurun akibat protes masif di Hong Kong, berikut daftar kerugian mereka sepeti dikutip Bloomberg:
1. Ma Huateng: USD 1,6 miliar (Rp 22,8 triliun)
2. Li Ka-Shing: USD 2,7 miliar (Rp 38,5 triliun)
3. Hui Ka Yan: USD 1,9 miliar (Rp 27,1 triliun)
4. Lee Shau Kee: USD 2,4 miliar (Rp 34,2 triliun)
5. Yang Huiyan: USD 2 miliar (Rp 28,5 triliun)
6. Henry Cheng: USD 2,2 miliar (Rp 31,3 triliun)
7. Lui Che-Woo: USD 2 miliar (Rp 28,5 triliun)
8. Zhang Zhidong: USD 800 juta (Rp 11,4 triliun)
9. Raymond Kwok: USD 1,3 miliar (Rp 18,5 triliun)
10. Peter Woo: USD 1,7 miliar (Rp 24,2 triliun)