Liputan6.com, Jakarta - Presiden Komisaris PT DCI Indonesia Tbk (DCII) Marina Budiman mencatat kekayaan bertambah menjadi USD 350 juta selama tiga minggu berturut-turut. Namun, koreksi saham DCII yang terjadi pada Selasa, 18 Maret 2025 berdampak terhadap kekayaan Marina Budiman.
Mengutip Yahoo Finance, ditulis Rabu (19/3/2025), pada pertengahan Maret 2025, Komisaris Utama DCI Indonesia Marina Budiman memiliki kekayaan sekitar USD 7,5 miliar setelah saham DCII melonjak, dan menjadikannya sebagai wanita terkaya di Indonesia, menurut indeks Bloomberg Billionaires. Dalam tiga hari, kekayaan Marina Budiman turun USD 3,6 miliar atau sekitar Rp 59,49 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.525)
Advertisement
Kemudian saham DCI Indonesia anjlok. Dalam tiga hari, kekayaan bersih Marina Budiman turun hingga setengahnya. Berdasarkan data Forbes, kekayaan Marina Budiman mencapai USD 4,4 miliar pada 19 Maret 2025. Kekayaan Marina Budiman turun 4,16 persen atau USD 190 juta.
Advertisement
Secara keseluruhan, Marina Budiman dan pemegang saham pengendali DCII yakni Otto Toto Sugiri dan Han Arming Hanafia melihat kekayaan gabungannya melonjak lebih dari USD 17 milair sebelum anjlok.
Pada penutupan Selasa, 18 Maret 2025, saham DCII telah kehilangan lebih dari setengah kenaikan sejak reli dimulai pada pertengahan Februari.
Perubahan harga saham yang bergejolak makin meningkat di pasar saham Indonesia. Saham puluhan perusahaan telah bergerak sebesar 1.000 persen atau lebih dalam beberapa tahun terakhir. Saham DCII ditutup melemah pada Selasa, 18 Maret 2025 dengan nilai pasar mendekati USD 17 miliar. Berdasarkan Bloomberg, saham DCII diperdagangkan 416 kali laba yang tertinggi dibandingkan kelompok perusahaan sejenis.
Penyebabnya juga seiring saham DCII jarang diperdagangkan. Marina Budiman, Sugiri, Hanafia dan pemilik saham lainnya yakni Anthoni Salim memegang 78 persen saham DCII.
Saham DCII Melemah
Dari 2,4 miliar saham yang beredasar, 80.400 saham berpindah tangah pada Rabu siang di Jakarta dibandingkan dengan jutaan saham di perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan ukuran yang sama. DCI tidak segera menanggapi permintaan komentar.
"Perubahan harga DCI sebagian besar merupakan fungsi dari saham yang beredar bebas yang ketat,” ujar Fund Manager SGMC Capital Pte di Singapura, Mohit Mirpuri.
Saham DCI mencatat kinerja terburuk pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025 di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah.
Mengutip Yahoo Finance, sebelum pembalikan dalam beberapa hari terakhir, DCI mungkin telah diuntungkan dari investor yang bertaruh kalau permintaan untuk pusat data akan terus tumbuh dan membantu mendorong investasi asing.
Advertisement
Saham DCII Merosot 20 Persen Hari Ini 18 Maret 2025
Sebelumnya, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), perusahaan pusat data di Indonesia yang didirikan pada 2011 oleh Otto Toto Sugiri, mengalami penurunan harga saham yang signifikan pada Selasa, 18 Maret 2025. Penurunan sebesar 20%, membuat harga saham DCII ditutup di Rp 115.800 per saham. Kejadian ini terjadi di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data RTI, harga saham DCII ditutup merosot 20 persen ke posisi Rp 115.800 per saham. Harga saham DCII dibuka turun ke posisi Rp 126.000 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 144.750 per saham. Total frekuensi perdagangan 163 kali dengan volume perdagangan 227 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,7 miliar.
Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah hingga penutupan perdagangan Selasa (18/3/2025). Akan tetapi, koreksi IHSG menjadi berkurang.
Mengutip data RTI, IHSG tersungkur 3,84 persen ke posisi 6.223,38. Indeks LQ45 terpangkas 2,79 persen ke posisi 709,01. Seluruh indeks saham acuan kompak memerah.
Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.465,22 dan level terendah 6.011,84. Sebanyak 554 saham memerah dan 118 saham menguat. 139 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.548.289 kali dengan volume perdagangan 29,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 19,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.420.
Seluruh sektor saham melemah. Sektor saham teknologi turun 9,77 persen dan pimpin koreksi. Sektor saham energi melemah 3,43 persen, sektor saham basic susut 5,99 persen, sektor saham industri turun 1,47 persen, sektor saham consumer nonsiklikal terpangkas 2,32 persen.
Lalu sektor saham siklikal susut 3,06 persen, sektor saham kesehatan merosot 2,67 persen, sektor saham keuangan terperosok 1,98 persen, sektor saham properti melemah 3,33 persen. Lalu sektor saham infrastruktur terpangkas 3,03 persen dan sektor saham transportasi terpangkas 2,11 persen.
