Harga Emas Makin Naik, Waktunya Ambil Untung?

Harga emas diprediksi terus naik. Investor pun disarankan ambil untung.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Agu 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2019, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Liputan6.com, Montreal - Kilau harga emas tampaknya masih belum pudar dalam waktu dekat. Setelah menembus level psikologis USD 1.500 per ounce minggu lalu, harga emas minggu ini diprediksi masih akan naik.

Menurut laporan Kitco, harga emas sedang bullish berkat tiga faktor: perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, bank sentral di berbagai negara yang melonggarkan kebijakan moneter, dan level technical chart yang naik.

Para analis menyebut jika harga emas bisa naik hingga USD 1.516 per ounce, maka harga diprediksi bisa melonjak hingga USD 1.550 per ounce.

"Kekuatan di bull market ini bertambah. Belum jelas seberapa tinggi (harga emas) bisa bertambah. Jika kita bisa menembus level USD 1.516, kita bisa melihat gerakan eksplosif menuju USD 1.550," jelas ahli strategi pasar senior RJO Futures, Phil Streible.

Direktur pelaksana penelitian komoditas dari BMO Capital Markets, Colin Hamilton, berkata lingkungan pasar kini amat mendukung emas. Ia pun turut mengungkit faktor seperti tren yield surat utang yang menurun, risiko geopolitik, dan perang dagang antara AS-China.

Meski demikian, analis ragu lonjakan harga emas dapat terus bertahan. Ada pula yang menyebut agar investor mengambil untung atas kenaikkan ini.

"Jika Anda menahan profit maka Anda merugikan diri sendiri. Secara keseluruhan, lanskap bagi emas masih sangat menguntungkan," ujar presiden Blue Line Futures Bill Baruch.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Harga Emas Antam Turun Rp 5.000 per Gram

Ilustrasi Emas Antam
Ilustrasi Emas Antam (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau emas Antam turun Rp 5.000 menjadi Rp 747.000 per gram, pada perdagangan Sabtu, 10 Agustus 2019. Pada perdagangan Jumat kemarin, harga emas Antam dipatok di angka Rp 752 ribu per gram.

Sedangkan untuk harga buyback emas Antam, pada hari ini juga turun Rp 4.000 menjadi Rp 674 ribu per gram. Harga buyback ini adalah jika Anda menjual emas, Antam akan membelinya di harga Rp 674 ribu per gram.

Saat ini, Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Hingga pukul 07.50 WIB kemarin, mayoritas ukuran emas Antam masih tersedia.

Harga emas Antam ini berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Sementara, di gerai penjualan emas Antam lain bisa berbeda.

Sementara untuk harga emas Antam bercorak batik dengan ukuran 10 gram ditetapkan Rp 7.710.000. Sedangkan untuk ukuran 20 gram dijual Rp 14.870.000.

Harga emas Antam sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen. Sertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen).

Harga Emas Berada di Pekan Terbaik dalam 3 Tahun Terakhir

Ilustrasi emas
Ilustrasi emas.

Pada Jumat kemarin, harga emas naik pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) dan berada di pekan terbaik dalam lebih dari tiga tahun terakhir. Hal ini didorong oleh negative yielding debt di seluruh dunia, bank sentral dovish dan meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China menjaga harga terkurung mendekati level USD 1.500.

Dikutip dari laman CNBC, Jumat, 9 Agustus 2019, harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.503,69 per ounce, setelah melampaui USD 1.500 untuk pertama kalinya sejak April 2013 pada awal pekan ini. Sementara untuk harga emas berjangka AS naik 0,4 persen menjadi USD 1.515,2 per ounce.

"Harga emas saat ini berada di lingkungan yang sempurna. Untuk itu antara bank sentral (antar negara) memangkas suku bunga dan menghasilkan negatif utang," kata Analis Pasar Senior OANDA, Craig Erlam.

"Harga emas telah naik sangat tinggi dan akan mencapai titik di mana orang akan mulai mempertanyakan apakah itu overbought," lanjut dia.

Sejumlah bank sentra negara di dunia seperti Bank Sentral Selandia Baru, Thailand dan India juga mengejutkan pasar dengan serangkaian penurunan suku bunga, menunjuk bahwa amunisi pembuat kebijakan yang semakin berkurang untuk melawan penurunan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya