Kilang Minyak Diserang Drone, Saudi Aramco Tetap IPO

Sejumlah bank telah ditunjuk untuk mempersiapkan rencana IPO Saudi Aramco.

oleh Bawono Yadika diperbarui 18 Sep 2019, 20:37 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2019, 20:37 WIB
Saudi Aramco
Saudi Aramco

Liputan6.com, Jakarta - Meski dua fasilitas kilang minyak Saudi Aramco diserang pesawat tanpa awak (drone) pada Sabtu kemarin, perusahaan tetap berencana untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

Melansir Bloomberg, Rabu (18/9/2019), sejumlah bank telah ditunjuk untuk mempersiapkan rencana IPO perusahaan migas tersebut.

Adapun Aramco sudah menunjuk JP Morgan Chase & Co sebagai pemimpin rencana IPO, bersamaan dengan bank lainnya yaitu Morgan Stanley, Bank Nasional Saudi, Bank of America Merrill Lynch, Goldman Sachs, Credit Suisse, Citigroup, HSBC Holdings, dan Samba Financial Group.

Dari serangan drone tersebut, diketahui produksi perusahaan migas raksasa itu kehilangan sekitar 5,7 juta barel per hari. Jumlah itu setara dengan 5 persen dari pasokan dunia.

Dengan adanya insiden ini, para pejabat Aramco semakin tidak optimistis terkait proses pemulihan produksi minyak bakal berlangsung cepat.

"Lebih dari 70 persen adanya peluang penundaan IPO Aramco, jika mereka menginginkan penilaian saham yang lebih tinggi. Biaya risiko menjadi faktor pertimbangan para investor terhadap Aramco sebelum serangan ini benar-benar perlu diubah," ujar Analis Saham Al Dhabi Capital, Mohammed Ali Yasin.

Adapun dalam aksi korporasi ini Saudi Aramco berencana melepas 1 persen sahamnya untuk memperoleh pendanaan sebesar USD 20 miliar. Kemudian akan melepas kembali 1 persen sahamnya di tahun 2020 ke pasar internasional.

2 Kilang Minyak Arab Saudi Diserang Drone

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Produksi minyak Arab Saudi berkurang setengah setelah dua kilang minyak utama diserang oleh drone atau oesawat tanpa awak yang membawa bom. Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Mengutip businessinsider, Minggu (15/9/2019), juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab saudi Mansour al-Turki menjelaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan drone tersebut.

Namun ia belum menjelaskan berapa kerugian yang dialami Saudi Aramco akibat aksi pengeboman tersebut. Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak dan gas (migas) terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi.

Ini merupakan pukulan yang cukup besar bagi perusahaan tersebut. Alasanya, Saudi Aramco berencana untuk melakukan initial public offering (IPO) atau menawarkan saham perdana dalam waktu dekat ini. Dengan lumpuhnya dua kilang ini berakibat aset perusahaan harus dihitung ulang. 

Wall Street Journal dan Bloomberg, melaporkan bahwa menurut sumber mereka, Arab saudi menutup sekitar setengah dari produksi minyaknya setelah serangan ini. Digambarkan bahwa serangan oleh pemberontak ini terbesar sepanjang sejarah kerajaan.

Penutupan produksi yang dilakukan mencapai 5 juta barel per hari atau sekitar 5 persen dari produksi minyak mentah harian dunia.

Media pemerintah Arab Saudi melaporkan bahwa saat ini kebakaran di dua kilang sudah bisa dikendalikan.

Dalam laporan BBC, Seorang juru bicara untuk kelompok Houthi yang berpihak kepada Iran di Yaman mengatakan pihaknya telah mengerahkan 10 drone atau pesawat tanpa awak dalam serangan itu.

Pejuang Houthi sebelumnya disalahkan atas serangan drone di fasilitas pencairan gas alam Shaybah bulan lalu dan Iran disalahkan oleh Arab Saudi dan AS atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak pada Juni dan Juli, yang dibantah pihak berwenang di Teheran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya