Jurus Mendag agar Indonesia Kuat Melawan Krisis Keuangan

Krisis tersebut sudah diprediksi Bank Dunia dan akan datang antara tahun 2020 dan 2021.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Okt 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2019, 14:00 WIB
Ilustrasi krisis ekonomi (pbs.com)
Ilustrasi krisis ekonomi (pbs.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan krisis keuangan global sedang menghantui perekonomian dunia akibat perang dagang. Krisis tersebut sudah diprediksi Bank Dunia dan akan datang antara tahun 2020 dan 2021.

"Perang dagang ini memberikan dampak yang sangat besar. World Bank menyampaikan prediksinya dalam satu tahun sampai satu setengah tahun ke depan yang disebut world financial crisis akan melanda dunia. Indonesia akan bisa survive kalau investasi dan ekspor masuk," ujar dia di Jakarta, Minggu (6/10/2019).

Dia pun mengapresiasi kehadiran gerakan local to global yang merupakan kerja sama antara pemerintah dan Kadin. Gerakan ini membantu UMKM untuk makin eksis dengan bantuan e-commerce.

Penguatan produk dalam negeri adalah agar Indonesia tak selalu dibanjiri produk luar negeri dan menjadi konsumen saja.

"Saya sungguh berbahagia atas komitmen yang dibuat ini, bahkan ada suatu upaya untuk mendorong from local to global. Itu suatu yang positif," ujar Enggar.

Langkah lain yang akan dilakukan Enggar adalah berupaya melakukan proteksionisme. Enggar menyebut itu perlu mengingat negara-negara lain juga cenderung menjadi proteksionis.

"Saya pun terpaksa harus melakukan hal serupa. Hanya sekarang bagaimana cari celahnya agar itu tak melanggar WTO," ujar Enggar.

Ia berkata tidak terlalu peduli jika diadukan ke WTO, sebab industri Indonesia harus tetap eksis. Enggar juga menyebut tak mau ditekan-tekan pihak luar negeri.

Dia pun akan menindaklanjuti permintaan Presiden Jokowi agar memudahkan investasi. Aturan-aturan yang menyulitkan pun sedang ia benahi.

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Mendag Ingatkan Ekspor Tak Boleh Anjlok Agar RI Tak Krisis

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyetujui langkah-langkah pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengenakan tarif impor terhadap barang-barang impor asal Eropa senilai USD 7,5 miliar.

Seketika, kekhawatiran tentang goyahnya ekonomi global pun kian semakin nyata. Dipastikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terganggu imbas menangnya Amerika Serikat di WTO tersebut.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengaku risau atas perluasan tarif AS ke Eropa itu. Angka purchasing manager index (PMI) AS ikut merosot yang mengindikasikan ekonomi Amerika juga tengah mengalami kemunduran.

"Itu yang tadi saya galau betul karena begitu meluas dan tadi saya coba teliti purchasing manager index (AS) itu terendah sejak krisis, artinya baik inventori pembelian maupun segala macam, saya nggak mau masuk policy-nya Amerika karena saya tak bisa ikut campur. Tetapi, dengan dikenakannya tarif semua itu, harga akan naik mereka di dalam negeri sendiri," jelas dia di Batu, Jawa Timur, Kamis Malam (3/10/2019).

Kata Enggar, dengan persoalan yang saat ini dihadapi, maka akan ada koreksi lagi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Eropa pun akan ikut tertekan pertumbuhannya.

Sedangkan untuk Indonesia, kinerja ekspor dipastikan akan ikut terpengaruh dari aksi perluasan tarif ini. Pemerintah dinilai sudah cukup bagus jika berhasil menjaga ekspor di tingkat yang terbilang ideal.

"Memang idealnya ekspor kita harus naik, tapi yang penting kita nggak boleh terjun. Kalau kita terjun maka itu akan menjadi financial crisis (resesi) yang disebutkan itu akan terkena ke kita," tegas dia.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya