Proyek Bendungan Napun Gete Ditargetkan Rampung 2020

Pembangunan bendung ini dimaksudkan untuk mewadahi ketersediaan air di tanah NTT yang memiliki curah hujan lebih rendah dibanding daerah lain.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Okt 2019, 20:30 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 20:30 WIB
Menikmati Aliran Sungai Progo di Bendungan Kamijoro
Bendungan Kamijoro menjadi pembatas antara Bantul dan Kulonprogo dan mulai hits bagi wisatawan. Selain sebagai pengairan juga menjadi tempat wisata.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menggenjot pembangunan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang direncanakan rampung pada 2020.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, konstruksi bendung ini dimaksudkan untuk mewadahi ketersediaan air di tanah NTT yang memiliki curah hujan lebih rendah dibanding daerah lain.

"Pembangunan bendungan juga harus diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," ungkapnya dalam sebuah keterangan tertulis, Selasa (15/10/2019).

Progres pembangunan Bendungan Napun Gete saat ini sudah mencapai 70,96 persen. Total nilai kontrak pembangunannya sebesar Rp 884 miliar dengan kontraktor PT Nindya Karya (Persero).

Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 11,22 juta m3 dengan luas genangan 99,78 hektare (Ha). Bendungan ini nantinya akan dapat mengairi sawah irigasi seluas 300 Ha, menyediakan air baku sebanyak 214 liter per detik, pengendali banjir sebanyak 219 m3 per detik, dan memiliki potensi pembangkit tenaga listrik sebesar 0,71 megawatt.

Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Kupang Agus Sosiawan menyampaikan, selain Bendungan Napun Gete, ada dua bendungan lainnya yang dibangun di Provinsi NTT yakni Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Manikin di Kabupaten Kupang.

"Kedua bendungan tersebut ditargetkan selesai masing-masing pada akhir tahun 2021 dan tahun 2022. Sementara ada satu lagi bendungan yang akan dibangun, saat ini dalam proses pembahasan teknis yakni Bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo dengan kapasitas tampung sebesar 34,14 juta m3," jelasnya.

Bendungan Temef memiliki luas genangan 380 Ha dengan kapasitas tampung 45,78 m3 untuk mengalir irigasi 600 Ha, air baku 10 liter per detik dan potensi tenaga listrik sebesar 2,6 megawatt. Total biaya pengerjaan bendungan Rp 1,5 triliun. Pembangunannya dikerjakan kontraktor PT Waskita Karya dan PT Nindya Karya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bendungan Manikin

Waduk Cirata, Bendungan Terbesar se-Asia Tenggara
Indonesia memiliki bendungan terbesar di Asia Tenggara, yaitu Waduk Cirata dengan luas sekitar 43 ribu hektare.

Sementara Bendungan Manikin merupakan bendungan yang baru dimulai pengerjaannya pada 2019 setelah kontraknya ditandatangani akhir Desember 2018, dengan kontraktor pelaksana PT Wijaya Karya dan PT Pembangunan Perumahan (PT PP).

Adapun Bendungan Manikin memiliki kapasitas tampung 28,2 juta m3 dengan biaya konstruksi sebesar Rp 1,9 triliun. Keberadaan bendungan ini diharapkan untuk menyediakan air baku di Kabupaten Kupang dengan debit sebesar 0,7 m3 per detik, irigasi 310 hektare lahan pertanian, pengendalian banjir 600 m3 per detik, pengembangan pariwisata, serta pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan daya 0,1 MW.

Selain bendungan, Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Kupang juga melakukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi. Pada 2019, dianggarkan dana sebesar Rp 202 miliar untuk pembangunan jaringan irigasi baru dan rehabilitasi di enam lokasi sepanjang total 315 Km.

Tiga lokasi diantaranya yakni Daerah Irigasi (DI) Bendungan Ratiklot di Kabupaten Belu, DI Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya, dan DI Wae Mantar Kabupaten Manggarai. Pembangunan jaringan transmisi air baku dari Bendungan Rotiklot sepanjang 30 Km juga dianggarkan pada 2019 sebesar Rp 20 miliar.

Kemudian pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi di bendung Mautenda Kabupaten Ende dan Baing di Kabupaten Sumba Timur sepanjang 58 kilometer. Biaya pengerjaan fisiknya sebesar Rp 99 miliar dari anggaran tahun 2019.

Menurut catatan Kementerian PUPR, pada 2015-2018 juga telah dibangun sejumlah embung di NTT, terutama di daerah rawan air dengan anggaran sebesar Rp 649,2 miliar di 292 lokasi. Diantaranya pada 2015 di 136 lokasi, 2016 di 105 lokasi, 2017 di 27 lokasi, dan 2018 di 24 lokasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya