Menko Darmin Sebut Sektor Pertanian Paling Ruwet

Selama tiga tahun memimpin, Menko Darmin mengaku penataan sektor pertanian paling ruwet

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2019, 20:37 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2019, 20:37 WIB
20150910-Darmin Nasution
Menko Perekonomian Darmian Nasution saat mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution bercerita mengenai pengalamannya menjadi koordinator 10 kementerian pemerintahan Jokowi-JK. Pada sisi ekonomi, dia menyebut, sektor pertanian menjadi sektor yang paling banyak membuat pusing.

"Ada beberapa komoditas yang memang paling ruwet persoalannya, tapi intinya memang sektor pertanian," ujar Menko Darmin saat ditanya terkait kementerian paling sulit diatur, dalam acara Ngopi Teko di Kemenko Perekonomian, Jumat (18/10).

Ada beberapa komoditas utama yang selalu menuai polemik di masyarakat, yakni beras, gula, dan daging sapi. Lalu juga ada persoalan bawang putih dan telur ayam. Umumnya persoalan tersebut terkait harga yang melonjak di pasaran.

Masalah daging sapi, menurutnya, sudah berhasil diselesaikan dengan dilakukan impor, sehingga bisa menekan harga. "Dua tahun pertama (masa jabatan) memang yang paling pusing daging, tapi sudah tidak karena kita buat kebijakan, pokoknya impor supaya harga rendah," jelas Menko Darmin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Masalah Beras

Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)

Masalah lain adalah terkait komoditas beras. Akhir tahun lalu, pemerintah memutuskan untuk melakukan impor beras sebanyak 2 juta ton sebagai putusan akhir dari polemik harga beras yang terus melonjak.

Pada saat itu, sempat terjadi perdebatan antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang menyebut pasokan beras kurang sehingga harga naik. Di sisi lain, Menteri Pertanian Amran Sulaiman bersikukuh stok beras melimpah ruah.

Menko Darmin saat itu, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, produksi beras hingga akhir tahun 2018 akan mencapai 32,4 juta ton, memang mengalami surplus 2,85 juta ton. Tetapi itu dibawah kebutuhan Indonesia yang mencapai 20 juta ton.

"Memang begitu saya kesimpulannya kurang, lalu impor, habis saya dicaci maki seluruh Republik. Itu risikonya. Tapi bisa dilihat inflasi tetap terjaga dikisaran 3,2 persen hingga 3,3 persen di setiap tahunnya. Belum pernah Indonesia menikmati stabilitas seperti ini, terjadi dalam waktu lima tahun berturut-turut," katanya.

 


Menteri Jarang Rapat

Perdagangan Perdana Bursa 2019
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memberi sambutan saat membuka perdagangan saham perdana 2019 di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (2/1). IHSG menguat 10,4 poin atau 0,16 persen ke 6.204 pada pembukaan perdagangan saham 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan itu, Menko Darmin juga bercerita sulitnya mengumpulkan para menteri yang di bawahnya hadir untuk melakukan rapat. Kadang kala, dia harus berjiwa bijaksana jika ada menteri yang tak datang saat rapat koordinasi di kantornya.

"Yaitulah koordinasi itu memang susah ya Menko itu harus wise kadang-kadang injek kaki, kadang-kadang harus elus-elus punggungnya, tapi tak boleh injak lutut apalagi kepala," ujarnya.

Meski demikian, Menko Darmin menyebut bukan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang tak selalu hadir dalam rakor seperti yang selama ini banyak diperbincangkan. Tetapi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono yang selalu absen dalam rakor.

"Menteri PUPR sebenarnya yang paling susah hadir Bukan Menteri Pertanian. Tetapi bukan karena dia (Menteri Basuki) engga mau hadir, tapi dia ke lapangan melulu, temenin Pak Jokowi keliling Indonesia," jelasnya sambil tertawa.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut tidak mau ambil pusing terkait absennya beberapa menteri dalam rakor. "Saya ya harus sabar-sabar saja. Saya tak pernah pasang harga tinggi, harus menterinya. Walau menterinya tidak datang, tapi setidaknya dia kirim dirjennya, ya itu pun jadi lah," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya