Liputan6.com, Jakarta Biasanya banyak orang mendorong Anda untuk menyisihkan tiga hingga enam bulan biaya hidup dalam dana darurat. Beberapa bahkan menyarankan untuk menyimpan satu tahun biaya hidup.
Tetapi untuk menyimpan dana darurat adalah hal yang penting karena tidak ada yang tahu kehidupan kedepannya. Bisa saja Anda kehilangan pekerjaan atau membutuhkan penanganan medis, dan lain-lain.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari CNBC, Senin (21/10/2019), ekonom Emily Gallagher dan Jorge Sabat memberikan aturan bahwa setidaknya harus memiliki sekitar USD 15 ribu atau Rp 211 juta (1 USD = Rp 14.127) dalam simpanan dana darurat.
Tetapi angka tersebut tergantung dari kemampuan masing-masing individu. Untuk jumlah yang lebih realistis bagi rumah tangga yang berpenghasilan rendah, sebesar Rp 34 juta.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan video di bawah ini:
Tabungan Minimum
Sebagian besar pakar ekonom mengatakan, semakin besar Anda dapat menabung, semakin baik untuk finansial.
"Kami tidak mengatakan bahwa Rp 34 juta adalah tabungan yang optimal," tekan Emily Gallagher.
Menurutnya angka tersebut tidak cukup untuk simpanan jangka panjang. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika Anda berniat untuk menghemat lebih banyak lagi.
Emily mengatakan penting bagi individu yang berpenghasilan rendah untuk membangun penyangga. Selain itu penting untuk melakukan lebih banyak penghematan.
"Masalah bagi masyarakat berpenghasilan rendah adalah sebagian besar pendapatan mereka perlu untuk menutupi pengeluaran sehari-hari. Mereka tidak memiliki penghasilan tambahan. Maka dari itu memiliki penyangga tabungan menjadi sangat penting," tambah Emily Gallagher.
Menurut survei, hampir setengah dari rumah tangga di Amerika tidak dapat menanggung biaya darurat sebesar Rp 5,6 juta jika hanya menyimpan Rp 34 juta untuk dana darurat.
Reporter: Chrismonica
Â
Advertisement