Kementerian PUPR Kembangkan Pengelolaan Sampah di TPA Supit Urang

Pengembangan sistem sanitary landfill TPA Supit Urang dikerjakan sejak Juli 2018 dan ditargetkan selesai awal 2020.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Nov 2019, 20:40 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2019, 20:40 WIB
Zainul Arifin/Liputan6.com
Gunungan sampah di TPA Supit Urang Kota Malang (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengembangkan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Supit Urang, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur dari semula menggunakan sistem penimbunan sampah terbuka (open dumping) menjadi sistem sanitary landfill.

Pengoperasian TPA dengan sistem sanitary landfill ini akan meminimalisir dampak pencemaran, baik air, tanah, maupun udara sehingga lebih ramah lingkungan.

Pengembangan TPA Supit Urang merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR dengan Pemerintah Jerman dalam Program Emission Reduction in Cities–Solid Waste Management (ERIC-SWM).

Selain Kota Malang, terdapat 3 kota/kabupaten lain yang menjadi pilot dalam program tersebut, yakni Kota Jambi, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Jombang.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, penanganan masalah sampah dapat dilakukan melalui dua aspek, yakni struktural dengan membangun infrastruktur persampahan dan non-struktural seperti mendorong perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

"Pembangunan infrastruktur pengolahan sampah skala kawasan dinilai efektif untuk volume sampah yang tidak terlalu besar, sehingga pengurangan sampah dapat dilakukan mulai dari sumbernya. Dukungan pemerintah kabupaten atau kota juga diperlukan terutama dalam penyediaan lahan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Sabtu (16/11/2019).

Pengembangan sistem sanitary landfill TPA Supit Urang dikerjakan sejak Juli 2018 dan ditargetkan selesai awal 2020 dengan anggaran Rp 229 miliar dalam bentuk kontrak tahun jamak (multi years contract) 2018-2020. TPA ini memiliki kapasitas 953,340 m3 untuk melayani sampah rumah tangga penduduk Kota Malang sebanyak 707.015 jiwa atau setara dengan 400 ton per hari.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jadi Ruang Terbuka Hijau

Gunung Sampah Longsor Timbun Pemulung di Kota Malang
Tim SAR kesulitan menemukan tubuh korban yang tertimbun longsoran sampah di TPA Supit Urang Kota Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Timur Darjat Widjunarso menyatakan, pembangunan TPA Supit Urang merupakan dukungan Kementerian PUPR kepada Pemerintah Kota Malang, dengan pembangunan sel baru seluas 4,6 Ha untuk menggantikan sel lama yang kondisinya sudah hampir penuh. TPA lama direncanakan untuk ditutup dan dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau.

"Program ERIC-Solid Waste Management dimaksudkan untuk memberikan kontribusi dalam pelaksanaan strategi perubahan iklim di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan melalui investasi fasilitas pengolahan sampah rumah tangga secara ramah lingkungan dan higienis," ungkap Darjat.

Dukungan pembangunan Kementerian PUPR mencakup penyusunan desain TPA sampah dan fasilitas pendukungnya, pekerjaan konstruksi TPA sampah dan fasilitas pendukungnya, serta pengadaan alat berat pendukung. Selain itu juga peningkatan kapasitas kelembagaan Pemerintah Daerah di sektor persampahan.

Sistem sanitary landfill dibangun dengan melakukan pelapisan lahan pembuangan (sel aktif) TPA menggunakan 3 lapis perlindungan lingkungan. Pertama, di atas tanah asli yang telah dipadatkan dipasang lapisan kedap paling bawah berupa geosynthetic clay liner bahan gel sintetis (geo tekstil) setebal 1 cm yang akan menahan kebocoran air lindi agar tidak mencemari tanah.

Lapisan kedua dan ketiga merupakan lapisan geomembran setebal 2 mm berupa lapisan impermiabel dan geotextile setebal 1,2 cm berupa karpet sintetis berserat kasar yang khusus didatangkan dari Jerman.

Selanjutnya, karpet sintetis ini dilapisi batu koral dengan diameter 2 cm tertumpuk rata setinggi 50 cm sebagai bahan penyaring air lindi. Kemudian sampah ditumpuk, diratakan, dan ditimbun tanah pada setiap ketinggian tanah 1–2 meter agar tidak dihinggapi lalat dan juga mencegah terjadinya kebakaran dari gas metan yang dihasilkan sampah.

Terakhir air lindi ditampung dan disalurkan ke kolam penampungan IPL (Instalasi Pengolahan Lindi) dengan sistem pemurnian bertahap dan dilengkapi bak kontrol.

"Output dari pembangunan TPA ini adalah mengedepankan konsep ramah lingkungan dengan mengurangi aroma tidak sedap dan limbah yang dibuang telah memenuhi standar, misalnya kandungan Ph air lindi, BOD, COD, N-total, dan sebagainya," tukas Darjat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya