Pemerintah Berencana Buka Keran Impor Gula di 2020

Impor gula dibutuhkan mengingat Indonesia sendiri belum mampu memproduksi gula secara banyak.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Des 2019, 20:41 WIB
Diterbitkan 18 Des 2019, 20:41 WIB
gula-pasir
Pekerja tengah menata gula pasir di Gudang Bulog Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berencana membuka keran impor gula pada awal 2020. Hal ini sebagai antisipasi untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan impor gula dibutuhkan mengingat Indonesia sendiri belum mampu memproduksi gula secara banyak. Sementara, kebutuhan konsumsi masyarakat sangat tinggi.

"Kita punya kemampuan menyiapkan gula dan kebutuhan memang masih sangat jauh. Makanya itu harus bisa diasumsikan walaupun sampai Maret 2020 (gula) masih cukup.

Selain gula untuk kebutuhan konsumsi masyarakat, pihaknya juga berencana memasok gula impor untuk kebutuhan industri. Selama ini, serapan industri sendiri juga masih jauh dari harapan.

"Kebutuhan industri itu yang harus diantisipasi. Konsumsi juga harus diantisipasi. Oleh karena itu keran keran itu dibuka," tutur dia.

Sebelumnya, Syahrul memastikan bahwa stok bahan pangan menjelang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 (Nataru) aman terkendali. Bahkan, seluruh stok bahan pangan mencukupi sampai dengan tiga bulan ke depan.

"Bahan pangan dilihat aman dari Nataru sampai dengan Maret-April 2020," kata dia.

Dia menyebut ada beberapa bahan pokok yang memang menjadi fokus perhatian pemerintah. Diantaranya adalah ayam, gula, daging, beras, hingga bahan pangan umum lainnya. Namun secara keseluruhan dipastikan dia semua sudah baik dan mencukupi.

"Dan secara umum semua baik dari Kemendag, Kemenperin, KKP, Kementan, Bulog juga mengatakan bahwa Insya Allah semua dalam kendali dan cukup aman. Stok ada," kata dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Indonesia Buka Keran Impor Beras dan Gula dari India, Ini Kata Mentan

Mentan SYL Ke BPS Sinergikan Data Pertanian
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Indonesia dan India mencapai kesepakatan terkait pasokan pangan. India akan menurunkan tarif masuk sawit Indonesia, sementara sebagai balasannya negara ini akan mengimpor beras dan gula (raw sugar) dari India.

Keputusan itu dijelaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada pekan lalu. Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Indonesia tidak dapat menutup diri pada impor jika ingin melakukan ekspor ke negara lain.

"Kita kan mau ekspor ke sana (India), tidak boleh menutup keran kita juga untuk bisa menerima mereka.Tetapi tentu saja dengan berbagai pertimbangan," ujar dia di Rakornas 2019, Sentul, Jawa Barat, pada pada Rabu (13/11/2019).

Syahrul enggan membahas soal impor beras India. Dia hanya mengakui jika Indonesia yang memang sedang membutuhkan gula karena pasokan yang tidak mencukupi.

Namun, ia tidak merinci besaran gula yang akan diserap dari India."Saya kira yang paling utama sekarang gula, karena biar bagaimana gula enggak cukup kan," ujar Syahrul.

Ketika ditanya apakah ia menyetujui impor tersebut, dia mengaku pihaknya bukanlah pengambil keputusan. Ia hanya kembali menegaskan bahwa Indonesia memang sedang membutuhkan pasokan gula.

Menurut data BPS, selama ini Thailand adalah negara importir gula yang teratas di Indonesia. Mengenai potensi pergantian mitra importir gula dari Thailand ke India, Mentan berkata akan memantau hal itu.

"Nanti kita lihatlah, karena itu kan sudah diputuskan di Kemenko," pungkas Mentan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya