Teknologi Usang Jadi Penyebab Dibukanya Keran Impor

Bahan baku untuk hilirnya sudah bisa diproduksi di Indonesia, namun sayangnya belum bisa bersaing dari segi harga dan kualitas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Feb 2020, 19:42 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2020, 19:42 WIB
20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang menyatakan perlunya pengembangan teknologi untuk menunjang produksi baja dalam negeri.

Agus juga menjelaskan bahwa bahan baku untuk hilirnya sudah bisa diproduksi di Indonesia. Namun sayangnya belum bisa bersaing dari segi harga dan kualitas.

"Beberapa produk memang secara kualitas masih belum bisa bersaing karena industri dalam negeri sudah begitu lama. Sebagian besar belum melakukan upgrading teknologi," ujar dia dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Perindustrian Rabu (12/02/2020).

Senada dengan Menperin, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Harjanto, pada kesempatan yang sama menambahkan bahwa, salah satu permasalahan industri baja dalam negeri adalah dari sisi teknologinya.

"Itu yang jadi keluhan industri di downstream. Bagaimana bisa bersaing kalau gangguan sering muncul di sistem produksi mereka. Ini yang harus ada perubahan di teknologinya." jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam ratas pada Rabu (12/02/2020), menyinggung soal impor baja yang menjadi salah satu sumber utama defisit neraca perdagangan. Impor baja bahkan masuk dalam tiga impor terbesar, setelah migas, yang menggerus neraca transaksi berjalan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi: Impor Baja Jadi Sumber Utama Defisit Neraca Dagang Indonesia

Jokowi Beri Arahan di Rakornas Karhutla 2020
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberikan pengarahan kepada para peserta Rapat Koordinasi Nasional Kebakaran Hutan dan Lahan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/2/2020). Jokowi memperingatkan Polri dan TNI untuk menindak tegas pelaku pembakaran hutan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa impor baja yang dilakukan selama ini menjadi salah satu sumber utama defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan Indonesia.

Presiden Jokowi saat memimpin Rapat Terbatas dengan topik Ketersediaan Bahan Baku Bagi Industri Baja dan Besi di Kantor Presiden Jakarta, Rabu, mengatakan data saat ini menunjukkan impor baja sudah masuk tiga besar dari total angka impor Indonesia.

“Ini tentu saja menjadi salah satu sumber utama defisit neraca perdagangan kita, defisit transaksi berjalan kita. Apalagi baja impor tersebut kita sudah bisa produksi di dalam negeri,” kata Presiden seperti dikutip dari Antara, Rabu (12/2/2020).

Pada kesempatan itu, rapat membahas mengenai ketersediaan bahan baku bagi industri baja dan besi.

Sebagaimana diketahui bahwa industri baja besi merupakan salah satu industri strategi nasional yang diperlukan industri nasional untuk membangun infrastruktur.

”Oleh sebab itu utilitas pabrik baja dalam negeri sangat rendah dan industri baja dalam negeri menjadi terganggu. Ini tidak dapat kita biarkan terus,” katanya.


Arahan Jokowi

Presiden Jokowi Anugerahi Gelar Pahlawan Nasional ke Enam Tokoh
Presiden Joko Widodo saat memimpin penganugerahan gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Kakis (8/11). Keputusan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional termaktub dalam Keputusan Presiden Nomor 123/TK/2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jokowi menegaskan perlunya untuk mendorong industri baja dan besi makin kompetitif, kapasitas produksi makin optimal, sehingga perbaikan manajemen korporasi, pembaruan teknologi permesinan, terutama di BUMN industri baja terus dilakukan.

“Tapi saya kira juga itu tidak cukup. Laporan yang saya terima pengembangan industri baja dan besi terkendala bahan baku yang masih kurang,” katanya.

Karena itu terdapat tiga hal utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri baja dan besi.

Hal pertama yakni memperbaiki ekosistem penyediaan bahan baku baja dan besi, kedua segera merealisasikan harga gas untuk industri yaitu sebesar 6 dolar AS per MMBTU, ketiga ditekankan ada perhitungan dampak dari impor baja terhadap kualitas maupun persaingan harga dengan baja hasil dari dalam negeri.

Dalam rapat tersebut, selain Presiden Jokowi yang didampingi Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, juga dihadiri sejumlah menteri terkait. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya