Indonesia Tetap Buka Keran Impor Sayur dan Buah dari China

Wabah Corona tidak berpengaruh pada impor buah-buahan dari China.

oleh Athika Rahma diperbarui 09 Feb 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2020, 15:00 WIB
Jeruk Mandarin
Jeruk Mandarin

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi menyatakan keran impor buah dan sayur dari China akan tetap dibuka meskipun wabah Virus Corona sedang melanda hampir seluruh aktivitas Negeri Tirai Bambu tersebut.

Menurutnya, seperti apa yang disampaikan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Wabah Corona tidak berpengaruh pada impor buah-buahan dari China.

"Enggaklah, kan Pak Mendag sudah bilang bahwa itu nggak pengaruh. Kementan itu pasti berdasarkan Kemenkes, Kemendag, yang tahu kan dia. Selama ini nggak ada masalah," ujar Agung saat ditemui usai pembukaan gelaran Operasi Pasar Bawang Putih dan Cabai murah di Toko Tani Indonesia Center, Minggu (09/02/2020).

 Hal yang justru harus dikhawatirkan apakah wabah virus nCov tersebut mengganggu panen buah di China atau tidak, karena jika tidak ada panen, maka tentu tidak ada produksi dan itu bisa berdampak ke kebutuhan impor negara-negara lain termasuk Indonesia.

"Yang dikhawatirkan kan begini, di sana lagi kena wabah ada nggak yang panen? Ada nggak produksinya? Nah itu yang dimasalahkan. Itu yang kemudian akan mengurangi jumlah yg kita butuhkan," imbuh Agung.

Dia mengakui, tidak hanya kegiatan impor namun ekspor juga akan terhambat jika Corona tidak segera diatasi.  Saat ini, Kementan akan konsentrasi memproduksi benih dan meningkatkan produksi dalam negeri.

"Kita sekarang masih konsentrasi memproduksi benih, kalo kita sudah memproduksi benih cukup kita tanam sendiri yasudah nggak perlu lagi," kata Agung mengakhiri.

Tonton Video Ini

Harga Bawang Putih Disebut Naik Bukan Gara-gara Virus Corona

Harga Bawang Putih dan Cabai Melejit
Aktivitas jual beli di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (6/2/2020). Harga cabai dan bawang putih mengalami kenaikan hingga mencapai dua kali lipat akibat musim hujan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kenaikan harga bawang putih saat ini dipastikan tidak ada terkait dengan kondisi eksternal seperti Virus Corona. Kenaikan itu terjadi karena masalah permintaan tak sebanding dengan kebutuhan dalam negeri.

"Virus Corona yanga ada di Wuhan itu sebenarnya tidak ada pengaruh apa-apa. Ini masalah supply demand kemudian kebutuhan market," ujar dia di Jakarta, Minggu (9/2/2020).

Dia menyebut, kuota impor bawang putih ke China sendiri terakhir dilakukan pada 31 Desember 2019. Sehingga kenaikan terjadi saat ini tidak ada hubunggannya dengan virus asal China tersebut. "2020 lagi sedang dihitung (kouta impornya) dari teman-teman Kementan dan Kemendag," jelas dia.

Arief menyampaikan hal terpenting dalam kondisi saat ini, bagaimana caranya pemerintah bisa mengatur supply demand dan pasokan bawang putih. Dengan begitu, permintaan dalam negeri bisa sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Di samping itu, pihaknya juga mendorong agar pemerintah terus memberlakukan kewajiban tanam bawang putih untuk seluruh importir. Paling tidak dari Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) dikeluarkan pemerintah para importir wajib menanam 5 persen.

Food Station sejauh ini sudah merealisasikan wajib tanam bawang putih dengan lahan sekitar 170 hektar area (Ha) yang berlokasi di daerah Temanggung, Wonosobo dan Jambi.

"Jadi kta tanam di beberapa tempat di ketinggian baik untuk bawang putih. Karena bawang putih kan subtropis punya produk jadi sebenernya hanya bisa ditaman di ketinggian di tertentu," kata dia.

Berdasarkan info pangan Jakarta, harga rata-rata ntuk bawang putih di beberapa pasar tradisional di Jakarta terpantau tinggi yakni mencapai Rp 58.055 per kilogram (Kg). Angka ini naik sekitar Rp 2.289 dari perdagangan Sabtu (8/2) kemarin.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya