Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia naik kembali, usai turun lebih dari 20 persen. Minyak mentah Intermediate West Texas (WTI) dan patokan minyak internasional Brent sempat mencatat penurunan terburuk sejak 1991.
Melansir laman CNBC, Selasa (10/3/2020), kini harga WTI diperdagangkan naik 92 sen, atau 2,9 persen menjadi USD 32,06 per barel.
Kemarin, WTI dan Brent masing-masing turun 24,59 persen dan 24,1 persen. Penurunan ini mencapai posisi terendah lebih dari 4 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Aksi jual tajam terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Rusia, yang dikhawatirkan dapat menyebabkan pasokan minyak mentah berlebih.
Pada pekan lalu, Rusia selaku sekutu OPEC menolak tambahan produksi 1,5 juta barel per hari yang diusulkan 14 anggota kartel minyak tersebut.
Usai terjadi kebuntuan pembicaraan, pemimpin OPEC Arab Saudi langsung memangkas harga minyak resminya karena dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksi.
Pemotongan produksi sebelumnya berakhir pada Maret. Itu artinya, mulai 1 April, para produsen minyak boleh memompa produksinya sesuai keinginan. Membanjirnya pasokan bisa kian menekan harga yang sudah tertekan wabah Virus Corona.
Pada hari Senin, Departemen Energi AS mengatakan pemerintahan Trump sedang memantau situasi menyusul penurunan tajam minyak dunia tersebut.
“Upaya negara ini untuk memanipulasi dan mengejutkan pasar minyak memperkuat pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pemasok energi yang andal bagi mitra dan sekutu di seluruh dunia. Amerika Serikat, sebagai produsen minyak dan gas terbesar di dunia, dapat dan akan tahan terhadap volatilitas ini. Pertumbuhan industri minyak dan gas yang tidak konvensional di Amerika Serikat telah menghasilkan pasar yang lebih aman, tangguh, dan fleksibel,” mengutip pernyataan departemen tersebut.
Harga Minyak Dunia Anjlok 30 Persen, Diprediksi Bisa ke Level USD 20 per Barel
Harga minyak mentah dunia anjlok 30 persen dipicu kegagalan OPEC mencapai kesepakatan dengan sekutunya mengenai pengurangan produksi. Ini menyebabkan Arab Saudi memangkas harga karena dilaporkan akan bersiap meningkatkan produksi, dan memicu kekhawatiran bakal terjadinya perang harga.
Melansir laman CNBC, Senin (9/3/2020), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok 30 persen menjadi USD 31,02 per barel, level terendah sejak Februari 2016.
Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate turun 27 persen menjadi USD 30 per barel, level terendah sejak Februari 2016. Harga minyak WTI berada di jalur terburuk harian sejak Januari 1991 selama Perang Teluk.
Baca Juga
"Ini menjadi pendekatan drastis dari Arab Saudi, khususnya untuk menangani masalah kelebihan produksi yang kronis," kata John Kilduff dari Capital Again.
Usai sempat turun di awal, kerugian sedikit berkurang. Brent diperdagangkan 24,59 persen lebih rendah menjadi USD 34,14 per barel dan minyak mentah berjangka AS lebih rendah 25,61 persen menjadi USD 30,71 per barel.
Pada Sabtu pekan lalu, Arab Saudi mengumumkan diskon besar-besaran harga jual minyaknya untuk April. Negara itu juga dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksinya di atas angka 10 juta barel per hari.
Saudi kini memompa produksi 9,7 juta barel per hari, tetapi memiliki kapasitas untuk meningkatkan hingga 12,5 juta barel per hari.
"Kami melihat perang harga minyak OPEC dan Rusia dimulai akhir pekan ini, ketika Arab Saudi secara agresif memotong harga, di mana ia menjual minyak mentahnya paling banyak dalam setidaknya 20 tahun," kata Analis Goldman Sachs, Damien Courvalin dalam catatannya.
"Prognosis untuk pasar minyak bahkan lebih mengerikan daripada pada November 2014, ketika perang harga seperti itu dimulai. Di mana, kejatuhan permintaan minyak yang signifikan juga karena Virus Corona," tambah dia.
Goldman memangkas prediksi harga minyak Brent pada kuartal kedua dan ketiga menjadi USD 30 per barel, dan harga bisa turun ke posisi USD 20-an.
Advertisement