Generasi Milenial Diharapkan Dorong Modernisasi Pertanian

Generasi milenial bisa melakukan penggarapan lahan, proses produksi, dan agrobisnis dengan memanfaatkan teknologi serta selalu kreatif berinovasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mar 2020, 08:45 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2020, 08:45 WIB
Rakhmad Hardiyanto, pendiri Akademi Petani Milenial Kota Batu
Rumah tangga usaha pertanian di Kota Batu terus menurun dari tahun ke tahun (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rina Sa'adah Adisurya mengatakan, regenerasi petani menjadi salah satu faktor kunci untuk kemajuan dan modernisasi pertanian Indonesia. Dengan demikian, generasi milenial bisa melakukan penggarapan lahan, proses produksi, dan agrobisnis dengan memanfaatkan teknologi serta selalu kreatif berinovasi.

"Nah, kunci dari petani dan pertanian berteknologi adalah adanya regenerasi petani. Lalu, untuk menarik anak-anak muda ke pertanian, kita harus menjadikan sektor pertanian itu menjanjikan dan menguntungkan dengan pembukaan akses pasar, inovasi, dan teknologi," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (14/3/2020).

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam jangka waktu dua tahun (2016-2018), penurunan jumlah petani di Indonesia berjalan cukup signifikan, yaitu sebanyak empat juta petani. Di mana salah satu penyebabnya adalah masih lambannya proses regenerasi petani.

Data Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian, menyebutkan 90 persen dari total jumlah petani Indonesia sudah memasuki fase kurang produktif. Jadi perlu ada solusi menciptakan regenerasi petani.

"Saat ini ada 33,4 juta petani di Indonesia. Dari jumlah itu, 2,7 juta petani usia milenial dan 30,4 juta usia 'kolonial'. Jadi kita sedang bermasalah dalam hal fase umur petani," katanya.

Dari data tersebut, tercatat di wilayah perdesaan hanya sekitar 4 persen anak muda berusia 15-23 tahun yang tertarik bekerja menjadi petani. Sisanya memilih bekerja di sektor industri, sektor industri kecil-menengah, atau sektor informal kota, karena dipandang lebih potensial untuk menjamin kesejahteraan di masa depan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Revitalisasi Pertanian

Rakhmad Hardiyanto, pendiri Akademi Petani Milenial Kota Batu
Sistem pertanian konvensional di Kota Batu yang hendak diubah para petani milenial (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Untuk itu, dia mendorong pentingnya revitalisasi pertanian dengan regenerasi petani. Hal tersebut beralasan karena jumlah petani muda saat ini berjumlah di bawah angka tiga juta orang, sementara luas lahan pertanian Indonesia mencapai 7,78 juta hektare.

"Kaum muda di kalangan milenial perlu didorong untuk menjadi petani. Sebab jadi petani saat ini adalah termasuk gaul dan perlu melek teknologi," jelas dia.

Sementara itu, Ketua Umum HKTI Moledoko menambahkan, sektor pertanian selama ini memang identik dengan kaum tua saja. Padahal di luar negeri, justru anak-anak milenial yang berperan membuat sektor pertanian maju dengan berbagai teknologinya.

"Ini perlu ditularkan kepada anak-anak milenial di Indonesia, yakni perubahan mindset bahwa pertanian bukan hanya untuk kaum tua saja, masa depan pertanian di Indonesia adalah pemanfaatan teknologi yang bisa menunjang produktivitas pertanian," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya