Pemerintah Harus Berjuang agar Skenario Terburuk Pertumbuhan Ekonomi Tak Terwujud

Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal berada di kisaran 2,3 persen. Bahkan skenario terburuknya bisa menyentuh negatif 0,4 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Apr 2020, 12:15 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2020, 12:15 WIB
Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal berada di kisaran 2,3 persen. Sedangkan untuk skenario terburuk bisa menembus negatif 0,4 persen. Skenario ini akan terjadi jika pandemi virus Corona berlangsung dalam jangka panjang.

Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE), Piter Abdullah, megapresiasi langkah pemerintah yang sudah menyiapkan skenario terburuk dalam asumsi makro ekonomi Indonesia 2020. Menurutnya keputusan itu menjadi lampu kuning agar pemerintah lebih berhati-hati supaya tidak masuk dalam skenario terburuk.

"Ini artinya pemerintah akan menyerahkan semua daya agar skenario terburuk itu tidak terjadi," kata dia saat dihubungi merdeka.com, Kamis (2/4/2020).

Piter memandang, skenario terburuk pertumbuhan ekonomi yang disampaikan oleh pemerintah ini masih relatif baik. Sebab CORE sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi terburuk bisa mencapai minus 2 pesen.

"Ini terjadi apabila penanganan wabah Corona tidak efektif dan berlangsung hingga akhir tahun," kata dia.

Dia pun memahami pemerintah saat ini telah bergerak cepat mengambil kebijakan untuk memperlebar defisit. Pelebaran defisit itu dilakukan mengingat stimulus yang dikeluarkan pemerintah untuk penanganan virus Corona mencapai Rp 450 triliun.

"Ada sense of crisis. Kita berharap dengan adanya sense of crisis pemerintah bisa memaksimalkan berbagai kebijakan dan kita bisa selamat dari skenario terburuk," kata dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Skenario Terburuk Dampak Corona, Ekonomi Indonesia Tumbuh Negatif 0,4 Persen

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal berada di kisaran 2,3 persen. Bahkan skenario terburuknya bisa menyentuh negatif 0,4 persen.

Skenario terburuk itu bisa terjadi jika pandemi virus corona atau Covid-19 terus berlangsung dalam jangka panjang. Dengan demikian secara otomatis akan menghantam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami, Bank Indonesia, LPS, OJK memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 2,3 pesen bahkan bisa negatif 0,4 persen," kata menteri Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Rabu (1/4/2020). 

Menteri Sri Mulyani mengatakan penyebaran Virus Corona yang masif di Indonesia membuat penurunan pada kegiatan ekonomi.

Itu terjadi pada berbagai sektor lembaga keuangan di Indonesia seperti perbankan hingga konsumsi rumah tangga yang menurun. "Konsumsi rumah tangga turun, bisa mencapai 2,60 persen, investasi juga turun" kata dia.

Di sektor konsumsi rumah tangga terjadi ancaman kehilangan pendapatan masyarakat karena tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terutama rumah tangga miskin dan rentan serta sektor informal.

Kemudian, penurunan lainnya juga terjadi pada UMKM. Pelaku usaha ini tidak dapat melakukan kegiatan usahanya sehingga terganggu kemampuan memenuhi kewajiban kredit.

"Sehingga kondisi itu membuat NPL kredit perbankan untuk UMKM dapat meningkat secara signifikan. Sehingga berpotensi semakin memperburuk kondisi perekonomian," katanya.

Bendahara negara ini menambahkan pelemahan perekonomian juga berdampak ke sektor korporasi dan sektor keuangan lainnya.

Sektor korporasi terganggu aktivitas ekonominya yang paling rentan yakni di bidang manufaktur, perdagangan, dan transportasi.

"Gangguan aktivitas bisnis tersebut akan menurunkan kinerja bisnis sehingga menyebabkan pemutusan hubungan kerja dan bahkan mengalami ancaman kebangkrutan," katanya.

Selanjutnya yang terjadi di sektor perbankan dan perusahaan pembiayaan berpotensi mengalami persoalan likuiditas. Sehingga menyebabkan depresiasi rupiah volatilitas pasar keuangan dan capital flight.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya