IMF akan Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Efek Covid-19

Dalam laporan WEO yang dirilis pada April, IMF memproyeksikan pertumbuhan di Asia terhenti nol persen pada 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jun 2020, 12:16 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 12:15 WIB
Logo IMF
IMF (Foto: aim.org)

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) akan merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik dalam revisi terbaru Prospek Ekonomi Dunia (WEO) yang rencananya keluar pada akhir bulan ini.

Ini diungkapkan pejabat senior IMF, Selasa (9/6/2020). "Pertumbuhan PDB kuartal pertama sebagian besar berbalik pada sisi negatifnya, dengan indikator-indikator frekuensi tinggi untuk bulan April dan Mei menunjukkan gangguan parah pada kuartal kedua. China tampaknya menjadi pengecualian utama," ujar Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF Geoffrey Okamoto, seperti melansir Antara, Rabu (10/6/2020).

"Beberapa negara juga mengalami kesulitan menahan penyebaran pandemi, yang berimplikasi pada prospek ekonomi mereka sendiri," kata Okamoto, yang penunjukannya sebagai pejabat peringkat kedua pemberi pinjaman multilateral mulai berlaku pada Maret.

IMF akan merilis WEO terbaru pada 24 Juni. "Kami berharap untuk merevisi turun secara material mencerminkan kuncian terutama lebih lama dari yang diperkirakan dan meningkatnya spillover perdagangan global yang semakin negatif, sebagian diimbangi oleh stimulus besar di beberapa negara," ujar Okamoto.

Dalam laporan WEO yang dirilis pada April, IMF memproyeksikan pertumbuhan di Asia terhenti nol persen pada 2020 karena pandemi COVID-19, pertumbuhan terendah sejak tahun 1960-an. China diperkirakan akan mengalami pertumbuhan moderat 1,2 persen, menurut laporan itu.

 

Saksikan video di bawah ini:

Kondisi China

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Dia menuturkan, ada satu hal yang diuntungkan China terkait "tindakan yang sangat jelas dan tegas sejak awal" untuk menahan penyebaran virus corona di negaranya. Negara ini juga bertindak sangat cepat untuk menempatkan langkah-langkah dukungan kebijakan yang akan memungkinkan segala sesuatu menjadi stabil,," jelas dia

Memperhatikan bahwa China berada dalam siklus sedikit lebih awal daripada negara lain, Okamoto berharap lebih banyak negara berakhir dalam kategori ini seiring berjalannya waktu. Ini berarti bahwa mereka dapat mengikuti jalan menuju pertumbuhan di tren naik dalam beberapa bulan.

"Jelas kita masih dalam kesulitan ini, dan di banyak daerah, ada ekonomi yang baru mulai dibuka kembali saat kita bicara. Dan beberapa dari mereka belum. Jadi, masih terlalu dini untuk menilai banyak dari mereka," kata Okamoto.

Changyong Rhee, direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, mengatakan ketika China menerapkan dan mulai melonggarkan kebijakan penguncian lebih awal, kinerja kuartal pertama China sejalan dengan perkiraan IMF, tetapi untuk banyak ekonomi Asia lainnya, angka kuartal pertama lebih buruk dari yang diperkirakan.

Untuk kuartal kedua, Rhee mengatakan bahwa China juga "tidak dapat kebal dari" perlambatan perdagangan global. Meski ekonomi China tampaknya berbalik secara umum, kendati pada tingkat yang rendah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya