Rasio Utang Pemerintah Diprediksi Bengkak Jadi 35,88 Persen di 2021

Pemerintah berjanji pembiayaan akan dilakukan secara terukur agar rasio utang terjaga dalam batas yang aman.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2020, 13:05 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2020, 13:05 WIB
Ilustrasi utang.
Ilustrasi Utang. Kementerian Keuangan memprediksi rasio utang pemerintah bengkak. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus menggelontorkan dana hingga ratusan triliun untuk menangani pandemi Corona, sekaligus untuk menjalankan pemulihan ekonomi. Dampak dari gelontoran dana tersebut membuat rasio utang pemerintah bengkak hingga 35,88 persen.

"Defisit akan berada pada 3,05 persen hingga 4,01 persen terhadap PDB sementara rasio utang akan naik di 33,8 sampai 35,88 persen terhadap PDB," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu dalam diskusi online, Jakarta, Rabu (17/6/2020).

Sebagai konsekuensi pemulihan ekonomi di 2020 dan 2021 serta penguatan fondasi perekonomian, maka defisit APBN masih relatif tinggi di 2021. Defisit ini akan dikurangi secara bertahap kembali ke disiplin fiskal 3 persen dari PDB paling lambat di 2023.

"Pembiayaan akan dilakukan secara terukur dan dilakukan dengan aman, hati-hati dan sustainable agar rasio utang terjaga dalam batas yang aman," jelasnya.

Febrio menambahkan, penarikan utang juga dilakukan untuk menggerakkan ekonomi di tengah pandemi. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan dalam rangka mewujudkan keinginan Indonesia keluar dari jebakan negara middle income trap.

"Kebutuhan pembiayaan jangka pendek dan keinginan lepas dari middle income trap menjadi landasan penyusunannya," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pemerintah Tarik Utang Rp 360,7 Triliun hingga Mei 2020

Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Hingga hari ini, US$ 1 dibanderol Rp 14.020. Rupiah menguat 0,71% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah telah menarik utang sebesar Rp 360,7 triliun hingga Mei 2020. Utang tersebut terdiri dari SBN Neto dan pinjaman neto.

"Realisasi pembiayaan utang sampai dengan 31 Mei 2020 Rp 360,7 triliun," ujar Sri Mulyani dalam diskusi online, Jakarta, pada Selasa 16 Juni 2020.

 

Sri Mulyani mengatakan pembiayaan utang masih on-track dan menunggu SKB II dengan BI untuk pembiayaan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"Pasar SBN mulai bullish seiring trend incoming bid lelang SUN mulai naik sejak April," jelasnya.

Sementara itu, incoming bid asing sudah berada pada kondisi yang normal, seiring dengan terjadinya net foreign buying pada beberapa minggu terakhir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya