Perang Dingin AS-China Lebih Mengerikan dari Corona?

Ekonom Jeffrey Sachs menyalahkan pemerintah AS yang dinilai hanya menambah panas situasi dengan China.

oleh Athika Rahma diperbarui 22 Jun 2020, 16:49 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 13:15 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Jakarta - Sengkarut konflik dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, dikhawatirkan lebih melukai ekonomi dunia dibandingkan pandemi Corona yang belum kunjung mereda hingga saat ini.

Hal itu diungkapkan oleh Ekonom Jeffrey Sachs. Sachs bilang, dunia akan menuju ke periode 'gangguan besar tanpa kepemimpinan' setelah pandemi Corona. Pertikaian tak berujung antara 2 negara itu dinilai memperparah kondisi ekonomi global.

Dikutip dari laman BBC, Senin (22/6/2020), Sachs menyalahkan pemerintah AS yang dinilai hanya menambah panas situasi.

"Kekuatan AS ditunjukkan hanya untuk kekuatan, bukan untuk kerja sama," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan BBC Business Report.

Menurutnya, langkah ini dilakukan Amerika untuk menciptakan perang dingin babak baru dengan China.

"Jika benar itu terjadi, maka kita tidak akan kembali normal. Ini akan lebih kontroversial dan menimbulkan bahaya yang lebih besar dari kenyataannya," lanjutnya.

Apalagi seiring berjalannya waktu, konflik AS dan China melebar bukan hanya di sektor perdagangan saja. Pekan ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani UU yang mengesahkan sanksi terhadap pejabat China yang bertanggung jawab atau penindasan umat Muslim di Xinjiang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perusahaan Teknologi China

Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Lalu, AS juga melarang perusahaan teknologi China, Huawei untuk menggunakan teknologi chip negaranya. Lalu, perusahaan teknologi China di'bidik' dan dicurigai sebagai mata-mata Pemerintah untuk melumpuhkan AS.

Namun, mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton bilang, bisa jadi langkah Trump ini merupakan bagian dari taktik politik agar dirinya bisa kembali memimpin AS.

"AS kehilangan kesempatannya untuk 5G, yang mana 5G itu sangat penting di era ekonomi digital. Dan Huawei mengambil bagian yang lebih besar di pasar global," ujar Sachs.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya