Bisnis Penjualan Langsung hingga MLM Masih Menjanjikan di Tengah Pandemi

Tantangan terbesar yang dihadapi bisnis penjualan langsung hingga MLM saat ini adalah memahami perubahan perilaku konsumen.

oleh Tira Santia diperbarui 06 Jul 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2020, 13:00 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), organisasi yang menjadi wadah persatuan dan kesatuan tempat berhimpun para Perusahaan Penjualan Langsung (Direct Selling/DS) dan network marketing, termasuk perusahaan yang menjalankan penjualan dengan sistem berjenjang (Multi Level Marketing/MLM) di Indonesia mengakui terjadinya perubahan lanskap pasar setelah serangan pandemi COVID-19, namun sektor bisnis ini masih menyimpan peluang bisnis yang prospektif.

Penjualan Langsung dan network marketing secara umum adalah satu-satunya industri resmi yang mempromosikan kesehatan, kesejahteraan dan pendapatan sekaligus yang menjawab tantangan dan kebutuhan masa kini.

Bicara di dalam Board Meeting APLI, Ketua Umum APLI Kany V. Soemantoro mengakui tantangan terbesar yang dihadapi APLI saat ini adalah memahami perubahan perilaku konsumen.

Krisis kali ini mendorong masyarakat mengubah pola hidup, pola konsumsi dan pola belanja mereka, serta hal-hal yang kini menjadi prioritas di dalam kehidupan mereka secara umum. Tantangannya adalah bagaimana anggota APLI bisa memberikan solusi terhadap kebutuhan tersebut. 

“Hingga kini belum ada cetak biru sektor Penjualan Langsung (direct marketing) yang bisa menjadi referensi pasca pandemi. Para anggota APLI pun masih dihadapkan pada dilema antara mempertahankan pola yang sama dengan masa pra-pandemi, atau mencoba saluran dan strategi baru sebagai respon terhadap perubahan di lingkungan kita. Jujur saja, kami juga belum bisa memprediksi apa yang akan terjadi esok, yang jelas APLI berkomitmen menyediakan panduan yang berempati dan transparan bagi masyarakat untuk mengembalikan kekuatan ekonominya, serta menggerakan kembali roda perekonomian dan pertumbuhan yang sempat mandek terdampak krisis COVID-19 ini,” papar Kany V. Soemantoro.

Untuk menjalankan komitmen ini, Kany V. Soemantoro mengimbau para Perusahaan Penjualan Langsung kembali pada motivasi masyarakat bergabung menjadi anggota penjualan langsung, yakni 81 persen untuk membeli produk dengan rabat, serta 72 persen untuk mengembangkan kepribadian. 

“Kita bisa mulai bergerak dari dua kutub ini, product purchasing dan pendidikan. Dua kutub ini, baik dari sisi produk ditambah pola pendidikan yang baik bisa menambah hasil yang baik. Pastikan produk kita memiliki efikasi yang baik, sesuai janji dan harga yang tepat, serta kita menggelar program pelatihan benar-benar bermanfaat,” tutur Kany V. Soemantoro. 

Lebih jauh, Kany V. Soemantoro juga menjelaskan bahwa pendidikan sendiri sudah menjadi amanat Permendag No. 70/2019 tentang Distribusi Barang Secara Langsung, bahwa perusahaan penjualan langsung wajib melaksanakan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para Penjual Langsung, agar bertindak dengan benar, jujur, dan bertanggung jawab.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perspektif ke Masa Depan

Ilustrasi bisnis
Ilustrasi bisnis kreatif (sumber: Pixabay)

Jika diobservasi saat ini, tidak sulit untuk menyadari bahwa banyak masyarakat Indonesia kehilangan pekerjaan mereka akibat krisis dan mereka akan mencari peluang baru. Banyak di antara mereka yang akan beralih ke pekerjaan paruh waktu, tetapi pilihan pekerjaan paruh waktu pun menjadi terbatas, karena sejumlah perusahaan seperti ojek online dan usaha startup akan memerlukan waktu pemulihan khusus, hingga ekonomi pulih. 

CEO dan Chairman HDI Brandon Chia mengungkapkan sebagai industri, tidak sulit untuk melihat prospek Penjualan Langsung dan network marketing yang akan mengalami lompatan besar dalam permintaan. “Namun, lompatan besar ini juga bisa jadi sebab kejatuhan juga. Banyak money game yang mungkin terjadi. Mungkin ada sejumlah orang yang menggunakan kesempatan untuk menipu orang. Jika APLI tidak melakukan sesuatu, industri Penjualan Langsung sekali lagi akan mendapat citra buruk di negeri ini, kecuali kita melakukan sesuatu terlebih dahulu dan hanya jika kita melakukannya bersama-sama,” tegas Brandon Chia.

Pengalaman serupa sebenarnya juga terjadi di negara lain, misalnya Singapura di era 1990-an. Ketika itu, Penjualan Langsung dianggap ilegal, asuransi dan real estat juga dipandang remeh oleh masyarakat. Saat itu, jika mengaku sebagai agen asuransi atau agen real estat, masyarakat akan memandang rendah Anda. Saat ini, ribuan orang bangga menjadi agen Asuransi dan Real Estat, sayangnya hal yang sama belum terjadi di Penjualan Langsung, hingga kini masih belum ada kebanggaan.

“Bagaimana Asuransi dan Real Estat bisa mengubah persepsi publik? Melalui pendidikan, bekerja sama dengan pemerintah dan menetapkan standar untuk anggota telah mengubah kesan buruk terhadap bisnis ini menjadi sesuatu yang sah dan berharga. Itu sebabnya saya mengajak kita semua. Indonesia, perlu menjalankan perusahaan Penjualan Langsung dengan benar. Kita adalah satu-satunya industri yang mempromosikan kesehatan, kesejahteraan dan pendapatan sekaligus. Kita bisa memberi orang harapan, tetapi berilah mereka harapan nyata, bukan mimpi bodoh. Kita dapat membantu bangsa untuk keluar dari krisis dan lebih berkembang, yaitu dengan pendidikan!” tandas Brandon Chia.

Sehingga bagi APLI sebenarnya momen pemulihan ekonomi ini adalah kesempatan besar menunjukkan kepada bangsa ini bahwa Penjualan Langsung adalah industri yang terpercaya dan dapat membuat dampak positif. Dengan fokus bekerja sama dan mengajarkan nilai-nilai yang tepat, budaya yang tepat, dan kode etik yang tepat kepada semua distributor, member, enterpriser, dan lain-lain.

Sebenarnya prestasi sektor bisnis Penjualan Langsung sudah cukup banyak, namun sayangnya sering tenggelam dikarenakan masyarakat masih belum memahami betul apa dan bagaimana prestasi bisa diukir oleh Perusahaan Penjualan Langsung, maupun pimpinan-pimpinannya. Jika informasi ini bisa dipahami secara luas, maka Penjualan Langsung bisa memberikan harapan yang bisa diandalkan kepada anggota masyarakat.

Sejalan dengan Brandon Chia, Julianto Eka Putra, seorang Top Leader HDI yang berhasil dinobatkan menjadi Kick Andy Hero 2018 juga menggugah kesadaran para anggota APLI untuk membenahi reputasi Penjualan Langsung sebagai bentuk sumbangsih bagi bangsa.

“Dua kekuatan sektor bisnis Penjualan Langsung adalah leadership dan basic entrepreneurship skill. Untuk menjalankan bisnisnya, umumnya para member atau distributor MLM dan Penjualan Langsung dibekali berbagai keahlian praktis yang sangat bermanfaat mengokohkan jejak kami mereka di dunia bisnis. Problemnya, masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap bisnis MLM dan Penjualan Langsung. Padahal jika tidak ada stigma negatif, masyarakat akan lebih siap menerima pembekalan yang akan memperkaya skill mereka, ” papar Julianto Eka Putra.

 

Lakukan Kampanye

20151109-Ilustrasi Bisnis Media Online
Ilustrasi Bisnis Online (iStockphoto)

Sebagai langkah lanjutan, APLI akan mengadakan serangkaian kampanye video yang akan disebar menggunakan platform jejaring sosial YouTube, berisi motivasi dan inspirasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mengembalikan semangat berusaha di era kenormalan baru.

Kampanye video ini juga ditujukan untuk membangun reputasi positif sektor bisnis Penjualan Langsung, sebagai bisnis yang absah dan bermanfaat, sambil sekaligus juga menampilkan prestasi dan pencapaian sektor bisnis Penjualan Langsung yang memberikan peluang usaha bagi masyarakat Indonesia.

Di kesempatan yang sama, Djoko Kumara, Wakil Ketua Urusan Internal juga menegaskan keyakinannya mengenai sektor Penjualan Langsung.

“Intinya, there’s no easy money, bahkan di Penjualan Langsung, hasil usaha akan sepadan dengan usaha yang dilakukan. Bagaimanapun juga sektor usaha Penjualan Langsung membutuhkan kerja keras, komitmen, kedisiplinan dan konsistensi, sama seperti sektor usaha lain pada umumnya," kata dia.

Hanya saja 2 benefit utama dari sektor bisnis ini, pertama adalah empowerment, dimana tiap anggota, distributor atau enterpriser diharapkan menguatkan anggota lainnya dengan kelebihan masing-masing, serta enrichment, dimana perusahaan selalu berupaya memberikan pengayaan baik keahlian, maupun peluang bagi para membernya. Kami yakin metodologi ini akan bermanfaat bagi masyarakat untuk kembali menumbuhkan kekuatan ekonominya,” tutup Djoko Kumara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya