Liputan6.com, Jakarta - Inflasi Semester I-2020 mengalami penurunan secara kumulatif mencapai 1,09 persen (ytd), lebih rendah dari pola historis 3 tahun yaitu 2,11 persen (ytd).
Hal ini antara lain dipengaruhi oleh lemahnya permintaan saat diterapkannya kebijakan PSBB. Inflasi s.d. Adapun inflasi Juni mencapai 1,96 persen (yoy).
“Salah satu kegiatan yang paling terlihat mengalami perubahan adalah inflasi Ramadhan dan Idul Fitri sangat rendah sebagai dampak dari PSBB. Hal ini berbeda dengan pola historis tahun-tahun sebelumnya yang biasanya tinggi,” jelas Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Rahayu Puspasari dalam keterangan resmi, Jumat (10/7/2020).
Advertisement
Selain itu, dampak pandemi Covid-19 terhadap pertumbuhan domestik mulai terlihat pada triwulan I-2020. Pada periode ini, konsumsi masyarakat turun terutama untuk sektor transportasi, restoran dan hotel. Hal ini diikuti dengan turunnya investasi terutama untuk jenis mesin, dan produk kekayaan intelektual.
“Di sisi lain, perdagangan tumbuh internasional positif, didorong oleh pertumbuhan ekspor nonmigas serta penurunan impor seiring pelemahan permintaan domestik. Pada Triwulan II, tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berlanjut dan semakin dalam, terutama dengan adanya pembatasan sosial di tingkat daerah yang masif untuk mengendalikan penyebaran Covid-19,” kata Puspa.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kondisi Pasar Keuangan
Puspa melanjutkan, kondisi pasar keuangan juga mulai membaik. Hal ini tercermin pada penguatan nilai tukar Rupiah dan penurunan tingkat suku bunga SPN 3 Bulan.
Nilai tukar sempat melemah signifikan pada pertengahan Maret s.d. April, namun sejak Mei kembali menguat. Sedangkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan bergerak menurun dipengaruhi perbaikan likuiditas pasar keuangan dalam negeri dan minat investor pada obligasi jangka pendek.
Advertisement