Jaga Stabilitas Rupiah, BI Tak Perlu Turunkan Suku Bunga Acuan Lagi

Dalam RDG minggu ini, BI telah menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Jul 2020, 17:55 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2020, 17:30 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen. Ini menjadi penurunan suku bunga acuan keempat kalinya di sepanjang 2020 ini.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, BI ke depan tak perlu menurunkan lagi memangkas suku bunga acuan. Itu dilakukan untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah yang terus melemah saat ini.

Josua mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia untuk memperkecil suku bunga acuan ke depan jadi semakin sempit, lantaran telah memotong sebanyak 100 basis poin (bps) sebanyak 4 kali pada tahun ini.

Sebagai catatan, penetapan angka suku bunga 4 persen pada bulan ini juga merupakan yang terendah sepanjang sejarah.

"Menurut saya, ruang penurunan suku bunga acuan BI kedepannya semakin terbatas. Mengingat BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 bps dari bulan Januari hingga Juli 2020 ini," kata Josua kepada Liputan6.com, Sabtu (18/7/2020).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rupiah

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penurunan suku bunga acuan BI tersebut juga disebutnya mengindikasikan penurunan effective policy rate Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terus menyusut. Hal itu dapat berpotensi mempengaruhi daya tarik aset keuangan dalam denominasi rupiah.

Jika bank sentral tetap memangkas BI7DRR di bukan berikutnya, Josua meneruskan, maka nilai tukar rupiah akan semakin terancam. Mengingat saat ini rupiah terus bergerak cenderung melemah di kisaran 14.700-14.800 per dolar AS.

"Oleh sebab itu dalam rangka menjaga stabilitas rupiah, BI perlu mendorong daya tarik investasi di pasar keuangan domestik, dengan mempertahankan suku bunga acuan BI di level saat ini," imbuh Josua.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya