Hampir Semua Negara Resesi Akibat Corona, Termasuk Indonesia?

Bank Indonesia (BI) menyebut hampir semua negara pada tahun ini bakal mengalami resesi ekonomi.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jul 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2020, 14:30 WIB
FOTO: Pandemi Berkepanjangan, Eropa Diprediksi Hadapi Resesi Lebih Dalam
Seorang wanita yang mengenakan masker berjalan melewati markas Komisi Eropa di Brussel, Belgia, Selasa (7/7/2020). Komisi Eropa memprediksi Ekonomi Eropa akan menghadapi resesi lebih dalam akibat langkah-langkah pengendalian COVID-19 yang berkepanjangan. (Xinhua/Zhang Cheng)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyebut hampir semua negara pada tahun ini bakal mengalami resesi ekonomi, tidak terkecuali Indonesia.

Beberapa lembaga internasional bahkan sudah memprediksi bahwa ekonomi global akan terkontraksi pada kisaran 5 persen sampai 8 persen.

"Dari 3 lembaga internasional, tahun 2020 ini hampir semua negara resesi, dengan pertumbuhan minus 5 persen sampai mendekati 8 persen," kata dia dalam sebuah diskusi virtual di Jakarta, Senin (20/7).

Resesi terjadi akibat adanya kekhawatiran gelombang kedua (second wave) pada kasus penularan Covid-19. Di samping itu tingginya tensi geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta tensi politik domestik dan social unrest di AS juga menjadi bagian dari pemicu resesi.

"Tensi geopilitik di AS, akan mempengaruhi ekonomi dan politik global karena merupakan negara terbesar saat ini. Ini harus diwaspadai," kata Destry.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertumbuhan Ekonomi

Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diproyeksikan minus (-) 0,4 persen sampai dengan 1 persen.

"Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah keluar, tahun ini diproyeksikan antara -0,4 persen sampai 1,0 persen," kata Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Adi Budiarso dalam Webinar LPPI bertajuk 'Mengelola Disrupsi Kembar', Jakarta, Jumat (3/7).

Adi menuturkan, eskalasi Covid-19 dan perlambatan ekonomi yang tajam harus dimitigasi dampaknya pada kesejahteraan masyarakat. Caranya melalui kebijakan extraordinary.

"Kita galang kekuatan fiskal dan keuangan untuk recovery," kata Adi.

Kementerian Keuangan telah mencoba memprediksikan kondisi yang terjadi dengan keuangan negara. Mulai dari kekuatan APBN, moneter dan semua instrumen telah dilakukan mitigasi.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Ekonomi Global Diperkirakan Kembali Tumbuh Positif di 2021

Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 2020 Sebesar 5,3 Persen
Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunam gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (27/8/2019). Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

International Monetary Fund (IMF) memprakirakan pandemi Covid-19 akan lebih besar dan berdurasi lebih lama diprediksi sebelumnya. Sehingga menyebabkan perekonomian dunia akan terkontraksi pada tahun 2020.

"IMF menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 diprakirakan berskala lebih besar dan berdurasi lebih lama dari prakiraan," kata Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam siaran persnya, Jakarta, Senin (20/7).

Hal itu disampaikan IMF dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 pada 18 Juli 2020 lalu. IMF juga menyampaikan perbaikan indikator ekonomi akibat pembukaan kembali kegiatan ekonomi di berbagai negara masih relatif lemah.

Termasuk besarnya dukungan kebijakan stimulus moneter dan fiskal yang dilakukan berbagai negara. Melihat perkembangan itu perekonomian global diprakirakan baru akan kembali tumbuh positif pada 2021.

"Perekonomian global diprakirakan baru akan kembali tumbuh positif pada 2021," kata dia.

Untuk itu, selama belum ditemukannya solusi medis dalam menangani virus corona ini, penguatan kerjasama G20 sangat diperlukan. Demi mencegah terjadinya dampak negatif yang lebih dalam pada perekonomian global. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya