Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha menyebut Indonesia akan terus dibayang-bayangi resesi Singapura di kuartal II yang alami kontraksi minus 41,2 persen, dan menghantui Negara Asean lainnya yang juga akan mengalami nasib yang sama sebagai dampak pandemi Covid-19.
Ketua Umum DPD HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) Provinsi DKI Jakarta Sarman Simanjorang, mengatakan IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Malaysia kuartal II akan minus 2 persen, dan kuartal III minus 9,7 persen. Sedangkan Thailand kuartal II minus 2,2 persen dan kuartal III akan mengalami kontraksi yang cukup dalam minus 17 persen.
Baca Juga
"Ekonomi Indonesia kuartal II diperkirakan akan minus dikisaran 3,5-5,1 persen dengan titik tengah 4,3 persen, kuartal III diperkirakan minus 3 persen, dan kuartal IV akan minus 2 persen, dengan demikian pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan minus 2 persen," kata Sarman dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/7/2020).
Advertisement
Kata dia, jika pertumbuhan sekonomi satu Negara mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut turut, maka Indonesia dipastikan memasuki jurang resesi ekonomi, yang akan menimbulkan semakin bertambahnya gelombang PHK dan pengangguran.
Serta daya beli masyarakat semakin menurun, kemiskinan semakin bertambah karena banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian dan pelaku UMKM akan bertumbangan.
Menurutnya, dampak resesi ekonomi akan menjadi beban sosial yang harus diwaspadai, dan perlu penanganan ekstra sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial yang dapat mengganggu stabilitas perekonomian dan politik.
"Pelaku usaha berharap agar pemerintah sigap mengantisipasi dampak resesi ekonomi yang akan kita hadapi, bagaimana upaya dan strategi agar pertumbuhan ekonomi kita jangan jatuh (minus) terlalu dalam, syukur-syukur tidak mencapai dua digit," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Waspada, Indonesia Bakal Kena Imbas Resesi Singapura
Ekonomi Singapura secara resmi mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.
Pada Januari hingga Maret, PDB Singapura terkontraksi 3,3 persen dibanding kuartal sebelumnya. Dibandingkan tahun sebelumnya, PDB Singapura anjlok 12,6 persen pada kuartal ke-2. Angka itu juga lebih parah dari proyeksi analis sebesar 10,5 persen.
Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Umar Juoro menyebutkan bahwa Indonesia akan terimbas atas resesi Singapura ini. Pasalnya, Singapura merupakan salah satu mitra dagang dan investor utama di Indonesia.
“Pengaruhnya terhadap Indonesia tentu besar karena Singapura adalah salah satu rekan dagang dan investor utama di Indonesia. Singapura juga ketat mempersyaratkan kerjasama dg negara lain yang menerapkan standar tertentu dalam penanganan Covid,” bebernya kepada Liputan6.com, Kamis (16/7/2020).
Sementara itu, puncak corona virus disease 2019 atau Covid-19 di Indonesia diprediksi terjadi pada Agustus atau September 2020. Umar menilai, jika puncak pandemi terjadi pada kurun waktu tersebut, maka kemungkinan Indonesia mengalami resesi menjadi semakin besar.
“Jika puncak pandemi pada September, maka kemungkinan Indonesia mengalami resesi menjadi semakin besar karena kegiatan ekonomi terutama konsumsi dan investasi sangat terganggu,” kata dia.
Namun demikian, Umar menyebutkan bahwa kemungkinan resesi di Indonesia lebih dangkal. Sebab, berbeda Singapura yang bergantung besar pada ekonomi dunia, ekonomi Indonesia didominasi dari ekonomi domestik.
Advertisement
Meski di Ambang Resesi, Ekonomi Indonesia Tak Seburuk Singapura
Pemerintah Singapura resmi mengumumkan bahwa ekonomi negaranya mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.
Menanggapi hal tersebut, ekonom sekaligus Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah mengatakan, Indonesia juga berada di ambang resesi.
Namun, ia menilai kontraksi ekonomi Indonesia tidak akan seburuk Singapura, karena Indonesia tidak bergantung pada ekspor seperti Singapura.
“Kita kan tidak bergantung kepada ekspor, jadi di tengah wabah sekarang ini kontraksi ekonomi tidak akan seburuk Singapura. Kuartal II kita perkirakan antara minus 4-5 persen, kuartal III minus 2-3 persen,” kata Piter kepada Liputan6.com, Rabu (15/7/2020).
Menurut dia, kontraksi ekonomi atau resesi selama wabah sebenarnya merupakan kewajaran, yang terjadi hampir di semua negara. Terutama negara-negara yang sangat bergantung kepada ekspor seperti Singapura, karena perlambatan ekonomi dunia langsung berdampak ke perekonomian mereka.
Ia juga tak memungkiri, kalau Indonesia diperkirakan tidak terelakkan mengalami resesi pada tahun 2020 ini. Kontraksi ekonomi akan terjadi pada kuartal II dan III yang telah disebutkannya.
Bahkan ia memperkirakan kontraksi ekonomi bisa berlanjut ke kuartal IV (empat). Selama wabah masih berlangsung kontraksi ekonomi sulit dielakkan.