Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyediakan kawasan industri Batang sebagai solusi mahalnya tanah untuk industri di Indonesia. Diketahui, rata-rata harga tanah di Indonesia mencapai Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per meter persegi.
Harga ini kurang kompetitif dibandingkan harga tanah di kawasan Asean. Sehingga mempengaruhi keputusan investor yang ingin melakukan investasi di Indonesia.
Baca Juga
“Pemerintah telah disiapkan secara khusus Batang Industrial Estate, berbagai pihak yang telah melakukan kunjungan telah berikan asesmen bahwa Batang kira-kira nanti bisa jadi investor haven,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Webinar Relocating Investment to Indonesia in The Time of Covid-19: Opportunity and Challenge INDEF, Selasa (4/8/2020).
Advertisement
Nantinya, Agus menyebut pemerintah berencana untuk memberikan subsidi biaya sewa selama 10 tahun. Diharapkan, dengan cara ini banyak investor yang membanjiri kawasan industri Batang.
“Pemerintah akan memberikan insentif, kemungkinan besar untuk penggunaan lahannya itu 10 tahun free charge, nggak perlu menyewa 10 tahun. Kami percaya ini akan membuat calon investor tertarik masuk ke Indonesia,” jelas dia.
Sebagai fasilitas penunjang kawasan industri, di Batang Industrial Estate juga akan dibangun infrastruktur yang ditargetkan selesai pada akhir 2020. Termasuk akses jalan, air, pengelolaan limbah, pelabuhan dan lainnya.
“Ini salah satu keputusan terakhir dari Pemerintah untuk membangun Batang, dan akan diikuti atau di ‘copy paste’ program batang industrial estate ini untuk program kedua yang dialokasikan di Subang Majalengka. Lahan dipersiapkan BUMN, konsep dan program akan sama dengan Batang,” tandas Menperin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
17 Perusahaan Siap Relokasi ke Kawasan Industri Batang
Sejumlah menteri berkumpul membahas kawasan industri Batang di Jawa Tengah. Rapat berlangsung di kantor kementerian koordinator bidang perekonomian.
Hadir pada rapat dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto itu, antara lain Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia.
"Mengenai Batang kemarin, makannya tadi ada rapat dengan pak menko pak menteri perindustrian mengenai Batang," kata Menteri BUMN, Erick Thohir usai ditemui rapat di Kemenko Perekonomian, Jumat (3/7/2020).
Dalam rapat koordinasi, Menko Airlangga meminta penyelesaian segera time line kawasan industri Batang.
Sebagai tindak lanjut hasil rapat hari ini, BKPM akan segera menggelar rapat dengan beberapa perwakilan dari Menteri Perhubungan Kementerian PUPR PT PN dan PT PP. "Sesuai dengan presiden di akhir tahun sudah ada tampak sedikit di sana," kata dia.
Di tempat yang sama Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia menambahkan sampai dengan hari ini ini sudah ada 17 perusahaan yang melakukan relokasi di Batang.
Secara keseluruhan terdapat 17 yang akan masuk di beberapa cluster atau setara dengan 60 sampai 70 persen dari target.
"Yang masuk di Batang itu masuk di cluster 17 itu yang sudah confrim 3 dari 17 itu. Kita memberikan ruang kepada semua aja tinggal masing-masing investor melihat mana yang paling pas," kata dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Fasilitas
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mendukung akselerasi pengembangan kawasan industri di Batang, Jawa Tengah.
Hal ini guna menangkap peluang masuknya investasi potensial ke tanah air dari sejumlah sektor industri yang ingin merelokasi pabriknya dari China.
"Kami melihat, kawasan industri di Batang ini memiliki lokasi yang strategis. Secara geografis, akses Kabupaten Batang dekat dengan Kota Semarang yang memiliki Bandara Internasional Ahmad Yani," kata Menperin.
Agus menegaskan, pihaknya akan mendorong kepada pengelola kawasan industri untuk dapat melengkapi fasilitasnya, termasuk infrastruktur pasokan energi dan akses logistik. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi investor karena terciptanya area yang terintegrasi.
Beberapa perusahaan multinasional yang akan merelokasi pabriknya dari China ke Indonesia, antara lain berasal dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat. Saat ini, terdapat tujuh perusahaan yang sudah memastikan bakal merelokasi usahanya ke Indonesia.
Diperkirakan relokasi tersebut akan mendatangkan nilai investasi sebesar USD850 juta dolar. Sekaligus mampu menyerap 30.000 tenaga kerja lokal.