Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Didorong Transformasi ke Industri 4.0

Kementerian Perindustrian semakin gencar mendorong sektor manufaktur di tanah air untuk segera bertransformasi ke arah industri 4.0.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Agu 2020, 21:07 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 17:58 WIB
Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0. Dok: engineersjournal.ie

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian semakin gencar mendorong sektor manufaktur di tanah air untuk segera bertransformasi ke arah industri 4.0. Sebab, upaya strategis tersebut diyakini memberikan manfaat besar bagi perusahaan, terutama dalam kemampuan berdaptasi dengan kebiasaan baru sebagai dampak pandemi Covid-19.

"Langkah ini merupakan bagian dari implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, yang tentunya akan membawa keuntungan kepada sektor industri seperti peningkatan kinerja mesin dan peralatan, kecepatan operasi produksi dan kualitas produk, serta bisa compatible dengan protokol kesehatan," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam pada pembukaan Bimbingan Teknis dan Asesmen INDI 4.0 Sektor IKFT yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (25/8).

Khayam menyebutkan, kegiatan asesmen Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) bertujuan untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam bertransformasi ke arah industri 4.0, khususnya sektor IKFT. "Besar harapan kami bahwa melalui momen ini industri Indonesia dapat segera lepas landas dan segera mengangkasa kembali menjadi industri tangguh yang berdaya saing global," tuturnya.

Pada kegiatan assemen ini, juga dipaparkan mengenai implementasi industri 4.0 pada sektor IKFT yang sudah berkembang dengan berbagai sistem aplikasinya masing-masing. Contohnya pada produsen tesktil PT. Eratex Djaja yang berhasil menghemat listrik, air, batubara, dan emisi gas rumah kaca setelah menerapkan teknologi industri 4.0.

"Pada hari pertama ini, kami berhasil melibatkan sebanyak 156 peserta dari sektor industri tekstil dan industri pengolahan bahan galian nonlogam. Besok, kami akan menggandeng peserta dari industri kimia hulu dan hilirnya," ujarnya.

Khayam pun menyampaikan, sesuai target kinerja yang telah ditetapkan oleh Kemenperin berdasarkan RPJMN tahun 2020-2024, salah satu sasarannya adalah jumlah perusahaan sektor IKFT dengan nilai INDI 4.0 lebih dari 3 bisa mencapai 11 perusahaan pada 2020, dan sebanyak 21 perusahaan di tahun 2024.

Pada INDI 4.0, skor 1-2 menunjukkan kesiapan awal implementasi industri 4.0. Kemudian rentang skor 2-3 menunjukkan kesiapan sedang, dan skor 4 adalah mereka yang sudah menerapkan industri 4.0.

"Kami optimistis, sektor IKFT mampu berakselerasi ke arah industri 4.0. Apalagi, Making Indonesia 4.0 menetapkan beberapa sektor binaan kami untuk menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia, yakni industri kimia serta industri tekstil dan pakaian. Bahkan, di tengah pandemi ini kami mengusulkan industri farmasi dan alat kesehatan juga bisa dapat prioritas pengembangan industri 4.0," paparnya.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi pakaian pelindung di sebuah pabrik di Nantong, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Pakaian pelindung tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

Industri farmasi dan alat kesehatan dimasukkan ke dalam sektor tambahan pada Making Indonesia 4.0 karena memiliki kinerja yang gemilang di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19." Kedua sektor tersebut punya demand yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan pasar terhadap produk-produk untuk mencegah penularan virus korona baru," imbuhnya.

Selain itu, sektor IKFT selama ini telah membuktikan kontribusinya yang signfikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Misalnya dari sisi kinerja ekspor, nilai pengapalan produk dari sektor IKFT menembus hingga USD14,59 miliar sepanjang triwulan II tahun 2020.

Selanjutnya, realisasi investasi di sektor IKFT mencapai Rp32,39 triliun pada triwulan II-2020, yang terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp20,06 triliun dan untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) sekitar Rp12,33 triliun.

"Investasi tersebut tentu memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional, seperti pada penambahan jumlah tenaga kerja. Di sektor IKFT, penyerapan tenaga kerjanya telah menyentuh angka 6,96 juta orang dari total tenaga kerja industri pengolahan sebanyak 18,46 juta orang," ucapnya

Selain melakukan asesmen INDI 4.0, Kemenperin juga menjalankan program strategis lainnya pada tahun 2020 ini dalam upaya mendorong sektor manufaktur bertransformasi ke arah industri 4.0, antara lain melalui kegiatan pendampingan transformasi industri 4.0, pelaksanaan proyek transformasi industri 4.0, peluncuran ekosistem industri 4.0 (SINDI 4.0), penghargaaan INDI 4.0 dan lighthouse nasional industri 4.0, serta menggelar konferensi dan pameran industri 4.0.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya