Lewat RCEP, Indonesia Bakal Lebih Mudah Dapat Bahan Baku Industri

Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) adalah pakta perdagangan terbesar saat ini.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Nov 2020, 14:45 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2020, 14:45 WIB
Pertemuan virtual antara pemimpin negara yang terlibat dalam RCEP.
Pertemuan virtual antara pemimpin negara yang terlibat dalam RCEP. (Dok: Vietnam News Agency)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Menteri Perdagangan, Fithra Faisal Hastadi mengatakan, perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) adalah tonggak bersejarah. Sebab, RCEP adalah pakta perdagangan terbesar saat ini.

"Ini adalah jelas tonggak bersejarah dan ini merupakan pencapaian yang paling penting dari Kementerian Perdagangan dibawah Pak Mendag Agus Suparmanto. Karena ini adalah pakta perdagangan terbesar di dunia dan ini merupakan inisiasi dari Indonesia sejak tahun 2011, dan justru bisa terlaksana disaat pandemi, disaat-saat penuh kesulitan," kata Fithra di Jakarta, Senin (23/11/2020).

Melalui RCEP akan memberikan efek berlanjut perekonomian bagi kinerja ekspor Indonesia sehingga akan banyak peluang yang didapatkan Indonesia. Sebab, peluang ekspor produk Indonesia ke 15 negara RCEP akan lebih terbuka. Apalagi anggota RCEP menyumbang 30 persen produk domestik bruto (PDB) global dan 28 persen perdagangan global.

"Banyak peluang yang bisa kita dapatkan dari RCEP ini, (misal) penetrasi ekspor ke pasar-pasar RCEP akan semakin terbuka, dan dengan demikian naiknya potensi ekspor ini juga akan mendatangkan investasi dan pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya," ujar Fithra.

Disisi lain, kata Fithra yang juga Ekonom Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan, kedepan Indoensia akan lebih mudah dalam mendapatkan bahan baku dari negara-negara anggota RCEP. "Ini memudahkan kita untuk mendapatkan akses bahan baku," kata dia.

Sementara mengenai kekhawatiran Indonesia akan kebanjiran barang dari luar, seperti China dan Australia, kata dia, hal itu tidak akan terjadi. Sebab, 70-80 persen impor Indonesia adalah bahan baku untuk industri. Disisi lain, pemerintah juga akan melakukan pengawasan ketat.

"Jadi Pak Mendag Agus Suparmanto itu sudah berkomitmen dan mandat dari Pak Presiden Jokowi untuk selalu menjaga arus masuk yang impor ini, terutama yang bukan kebutuhan industri tidak terlalu membebani dari sisi industri dalam negeri. Nah dalam konteks itu data selalu kami pantau dan apabila ada peningkatan yang tajam tentu akan kami kelola dengan baik," kata FIthra.

Dengan demikian, tidak perlu lagi ada kekhawatiran kedepan Indonesia akan kebanjiran produk non industri dari negara-negara anggota RCEP.

"Terkait daya saing, selain kebijakan domestik pemerintah untuk menggesa peningkatan kualitas, RCEP juga menyediakan peluang kerja sama teknis antara negara-negara RCEP untuk saling meningkatkan kapasitas UMKM yang selama ini memang sulit bersaing," kata dia.

Adapun peserta RCEP terdiri dari 10 negara anggota ASEAN beserta lima negara mitra, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Wamendag Sebut RCEP Libatkan 27 Persen Perdagangan Dunia

KTT ke-3 RCEP di Bangkok menghasilkan Joint Leaders Statement on Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). (Biro Pers Istana)
KTT ke-3 RCEP di Bangkok menghasilkan Joint Leaders Statement on Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). (Biro Pers Istana)

Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang sering disebut juga sebagai Mega-Free Trade Agreement (Mega FTA) akhirnya ditandatangani setelah dirundingkan lebih dari delapan tahun.

Dicetuskan oleh Marie Elka Pangestu saat masih menjadi Menteri Perdagangan zaman SBY, RCEP diselesaikan dan ditandatangani di era Presiden Joko Widodo.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga yang diberi tugas oleh Presiden untuk percepatan perundingan dagang internasional sangat berbahagia dengan keberhasilan itu. Secara khusus, Jerry menyebut keberhasilan itu tidak lepas dari peran Presiden Jokowi.

Jerry mengatakan bahwa presiden menguasai permasalahan perjanjian-perjanjian perdagangan termasuk RCEP sehingga arahan-arahannya bisa menyelesaikan isu-isu perundingan.

"Saat menghadap Presiden, beliau mengetahui di titik-titik mana saja yang menjadi pusat masalah dari pending issues. Dengan begitu arahan beliau tepat sasaran. Saya yang diberi tugas untuk mengawal RCEP ini sangat berterima kasih atas pendampingan dan arahan presiden tersebut," kata Jerry, Senin (16/11/2020).

Selain Presiden, Jerry juga berterima kasih kepada Mendag Agus Suparmanto. Selain itu secara khusus ia menyebut nama-nama tim perunding Indonesia.

"Saya mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pak Iman Pambagyo, Dirjen PPI yang selama 8 tahun menjadi Ketua Komite Perundingan RCEP. Lalu terima kasih juga kepada Ibu Donna Gultom, mantan Direktur Perundingan ASEAN Kemendag yang saat ini dilanjutkan oleh Bapak Antonius Yudi Triantoro, karena beliaulah yang membentuk dan memimpin tim perunding Indonesia. Banyak lagi yang harus diapresiasi, tetapi intinya ini adalah keberhasilan kita bersama," papar Wamendag Jerry.

RCEP adalah sebuah perjanjian perdagangan (FTA) yang melibatkan 15 negara yang mempunyai 29 persen penduduk dunia, 29 persen PDB dunia dan 27 persen perdagangan dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya