Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 4 persen sampai 5 persen pada 2021. Sesuai dengan fokus BRI, kredit tersebut akan difokuskan untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).Â
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan kredit di tahun depan di kisaran 3 persen. Oleh sebab itu, BRI harus menargetkan di atas angka tersebut.Â
"Kalo Bu Avi (Ekonom Indef Aviliani) menargetkan pertumbuhan kredit perbankan 3 sampai 3,5 persen. Artinya BRI harus tumbuh 4 sampai 5 persen, karena harus di atas rata-rata industri. Jadi, kredit BRI harus tumbuh 4 sampai 5 persen," ujar dia dalam webinar Economic Outlook 2021, Rabu (25/11/2020).
Advertisement
Sunarso menjelaskan, untuk mencapai target itu, perseroan akan memfokuskan penyaluran kredit pada pelaku di segmen usaha mikro hingga kecil. Mengingat segmen usaha kelas ini dinilai lebih cepat dalam proses pemulihan.
"Karena level mikro, ultra mikro, sampai kecil ini lebih cepat pulih. Sehingga mampu timbul demand dibandingkan segmen usaha menengah dan koperasi yang lebih lama untuk bangkit," terangnya.
Adapun, sektor yang diprioritaskan untuk memperoleh pinjaman yakni pertanian dan kesehatan. Menyusul laporan BPS yang mencatatkan dua sektor tersebut mampu tumbuh positif kendati ekonomi Indonesia mengalami resesi akibat dampak pandemi Covid-19.
"Untuk sektornya dari Maret lalu, saya sudah katakan mau krisis atau enggak ya BRI fokus saja pertanian atau apa yang terkait kesehatan dan alat kesehatan. Karena ketika ekonomi minus 5 persen pada kuartal II dan minus 3,49 persen pada kuartal III lalu tetap positif sesuai data BPS," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
BRI Pastikan Kecukupan Modal untuk Salurkan Kredit
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BRI, Sunarso mengatakan secara ideal BRI mencatat Loan to Deposits Ratio (LDR) sebesar 82,68 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yakni 92,99 persen.
"Rasio LDR 82,68 persen atau lebih rendah dibandingkan LDR diakhir tahun lalu yaitu 92,99 persen," kata Sunarso.
Artinya, lanjut Sunarso kondisi ini menunjukkan BRI memiliki likuiditas yang memadai untuk tetap tumbuh. Penurunan LDR ini membuka ruang bagi BRI pada penurunan cost of fund lebih lanjut.
Sementara itu, permodalan BRI berada di level yang optimal. CASA pada kuartal III-2020 ini tercatat 20,92 persen.
"Baik LDR dan CAR tersebut menunjukkan sisi likuiditas bisa tumbuh signifikan dan memiliki kecukupan modal," kata Sunarso.
Selain itu, pada kuartal III-2020 ini BRi telah menyalurkan kredit sebesar Rp 935,435 triliun. Meningkat 4,86 persen dibandingkan kuartal II-2020 yaitu Rp 891,97 triliun.
Dari total kredit yang disalurkan tersebut 80,65 persen atau Rp 754,33 triliun disalurkan kepada UMKM. Sedangkan kredit kepada pelaku non-UMK sebesar Rp 181,01 triliun.
Bos BRI ini optimis, bank plat merah ini melihat peluang di tengah kemerosotan perekonomian sebagai dampak pandemi Covid-19. BRI akan berkontribusi positif bagi kondisi yang ada saat ini.
"Kami optimis melihat diujung lorong gelap ini ada setitik cahaya," kata di mengakhiri.
Advertisement