Lippo Mall Puri Dijual Senilai Rp 3,5 Triliun

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menyelesaikan transaksi penjualan Lippo Mall Puri dengan nilai transaksi sebesar Rp 3,5 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Des 2020, 11:59 WIB
Diterbitkan 15 Des 2020, 11:54 WIB
Pernak-pernik Sambut Libur Sekolah dan Natal
Suasana dekorasi natal menghiasi Lippo Mall Puri, Jakarta, Kamis (29/11). Kegiatan Holiday Sensation diselenggarakan di 68 mal di berbagai kota. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang akhir tahun, kinerja PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) makin kuat dengan dukungan penambahan kas baru setelah perusahaan tersebut menyelesaikan transaksi penjualan Lippo Mall Puri, pusat perbelanjaan milik perseroan, dengan nilai transaksi sebesar Rp 3,5 triliun.

Transaksi akuisisi tersebut direstui oleh para unitholders Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT) yang memberikan suara mendukung akuisisi Lippo Mall Puri dari LPKR. Hal ini menandai tonggak penting bagi LPKR dan LMIRT yang mana LPKR tercatat memiliki kepemilikan sebesar 33 persen.

“Uang tunai yang diperoleh Lippo Karawaci dari transaksi ini akan memberikan tambahan fleksibilitas keuangan bagi LPKR untuk melanjutkan lintasan pertumbuhannya,” papar CEO LPKR John Riady, dalam keterangan tertulis, Selasa (15/12/2020).

John menambahkan, langkah selanjutnya untuk menyelesaikan penjualan adalah agar LMIRT menyelesaikan rights issue dalam beberapa minggu mendatang. Rights issue juga disetujui oleh unitholders LMIRT.

Dana hasil rights issue, ditambah dana yang sudah dijamin melalui pinjaman bank dan vendor financing, akan memastikan pendanaan untuk akuisisi tersebut ada.

“LPKR akan tetap menjadi pembeli siaga dari rights issue dan bersedia meningkatkan kepemilikannya di REIT untuk mendukung transaksi ini jika diperlukan,” jelas John.

Tim manajemen baru LPKR, disampaikan John, terus bekerja keras agar meraih pencapaian yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rencana transformasi Perusahaan.

Penjualan Lippo Mall Puri sendiri merupakan inisiatif utama dari tim manajemen baru karena akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 3,5 triliun dari penjualan dan membantu memberikan kontribusi untuk mendanai penyelesaian proyek yang ada dan peluncuran pembangunan perumahan tapak yang terjangkau di masa depan.

Di antara inisiatif utama lainnya yang telah dipenuhi oleh manajemen dalam waktu kurang dari dua tahun adalah penyelesaian hampir semua proyek lama, perbaikan neraca melalui rights issue dan pembiayaan kembali obligasi, dan penguatan fungsi manajemen dan tata kelola.

Selain itu, bisnis properti telah diremajakan dengan penjualan pemasaran yang kuat lebih dari Rp 2,5 triliun pada 2020, dan target Rp3,5 triliun pada tahun 2021.

Sebagai catatan, LPKR merupakan perusahaan real estate terintegrasi terkemuka di Indonesia dengan total aset USD 4,0 miliar pada 30 September 2020. Bisnis inti meliputi pengembangan perumahan perkotaan, mal, dan perawatan kesehatan. Juga, secara aktif terlibat dalam pengembangan terintegrasi, perhotelan, pengembangan dan pengelolaan kota mandiri, serta layanan manajemen aset.

Saat ini, LPKR telah hadir di 40 kota, dan merupakan pengembang properti terkemuka di Indonesia dengan 1.416 ha landbank yang siap untuk dikembangkan. LPKR juga memiliki saham kepemilikan di Lippo Malls Indonesia Retail Trust, REIT yang terdaftar di Singapura dengan aset kelolaan sebesar USD 1,6 miliar pada 30 September 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selama Pandemi, 80 Persen Pendapatan Lippo Karawaci dari Rumah Sakit dan Hotel

Lippo Karawaci
Lippo Karawaci

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menggenjot bisnis dari lini usaha yang memberikan pendapatan berulang (recurring income) seperti rumah sakit, mal dan hotel selama wabah pandemi Covid-19.

CEO Lippo Karawaci John Riady mengatakan, ketiga lini bisnis yang mengandalkan recurring income tersebut memberikan porsi pendapatan terbesar selama masa pandemi saat ini.

"Total recurring income dari Lippo Karawaci itu sekitar 80 persen dari total pendapatan kita. Jadi cukup tinggi rasionya," jelasnya dalam sesi Public Expose LPKR secara virtual, Senin (14/12/2020).

John Riady memaparkan, sektor bisnis rumah sakit yang dijalankan PT Siloam International Hospital Tbk jadi yang paling utama dalam hal pendapatan berulang. Dia menyatakan, pendapatan Siloam dalam 5-6 tahun terakhir menunjukan pertumbuhan di atas 12 persen.

"Kalau kita lihat rumah sakit, total traffic atau revenue sudah berhasil untuk rebound. Jadi meskipun sempat turun di bulan-bulan April dan Mei, di Q3 ini sudah kembali. Bahkan ada rumah sakit yang sudah melampaui," ungkapnya.

Untuk sektor bisnis mal, ia mengutarakan, itu sempat mengalami masa yang sangat berat saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di Jakarta dan kota besar lainnya. Namun kini, hampir 95 persen dari total tenant yang bernaung di bawah LPKR telah buka kembali.

"Kita percaya, semoga dengan traffic yang akan terus kembali di dalam bulan-bulan ke depan ini, tenant kami sebagian besar akan survive, dan tetap kinerja mal kita akan berjalan baik," kata John Riady.

Sama halnya dengan hotel. Walaupun selama periode April-Juni 2020 sangat lambat bisnisnya, namun dalam bulan-bulan terakhir ini sudah kembali didorong oleh tren business staycation, dan juga beberapa bisnis yang bersifat business to business (B2B).

"Jadi ada beberapa hotel kami yang keseluruhannya disewa oleh beberapa bisnis sebagai bagian dari penanggulangan Covid-19 dan lain-lain. Kita melihat itu jadi satu tren yang baik," tutur John Riady.

"Kami percaya bahwa bagian bisnis kami yang recurring ini sudah rebound, dan di dalam bulan-bulan ke depan ini akan semakin membaik," tandasnya. 

Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan

Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan
Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya