BI Catat Uang Beredar di November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun

Bank Indonesia mencatat, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Des 2020, 13:30 WIB
Diterbitkan 31 Des 2020, 13:30 WIB
Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia mencatat, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020. Kondisi ini didukung oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi.

Pada November 2020, posisi M2 tumbuh 12,2 persen (yoy) menjadi Rp 6.817,5 triliun. Sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,5 persen.

"Posisi M2 pada November 2020 tercatat sebesar Rp 6.817,5 triliun, atau tumbuh sebesar 12,2 persen (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,5 persen (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Erwin Haryono, Jakarta, Kamis (31/12/2020).

Perkembangan tersebut didorong pertumbuhan M1 yang melambat menjadi sebesar 15,8 persen (yoy). Pada Oktober 2020 terjadi pertumbuhan M1 sebesar 18,5 persen (yoy).

Hal ini sejalan dengan peredaran uang kartal dan simpanan giro Rupiah yang melambat. Sementara itu, pertumbuhan uang kuasi mengalami peningkatan menjadi 11,1 persen (yoy) pada November 2020 dari sebelumnya pada Oktober 2020 sebesar 10,7 persen (yoy).

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 pada November 2020 didorong oleh peningkatan aktiva dalam negeri bersih di tengah perlambatan aktiva luar negeri bersih. Aktiva dalam negeri bersih tumbuh sebesar 12,9 persen (yoy) pada November 2020. Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12 persen (yoy).

Perkembangan ini didorong oleh peningkatan pertumbuhan lainnya bersih. Terutama pembelian SBN oleh Bank Indonesia dan pertumbuhan ekspansi keuangan pemerintah yang masih tinggi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertumbuhan Kredit

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Tumpukan uang kertas pecahan rupiah di ruang penyimpanan uang "cash center" BNI, Kamis (6/7). Tren negatif mata uang Garuda berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai bangkit ke zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, pertumbuhan kredit pada November 2020 tercatat masih mengalami kontraksi sebesar 1,7 persen (yoy). Turun dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar -0,9 persen (yoy).

"Kondisi ini sejalan dengan permintaan yang masih belum kuat," kata Erwin.

Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 10,3 persen (yoy) pada November 2020. Lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan Oktober 2020 sebesar 13,9 persen (yoy).

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya