Angka Pencurian Listrik di 2020 Turun

Susut jaringan tenaga listrik terdiri dari unsur teknis dan non teknis. Dari unsur teknis adalah banyaknya pencurian listrik.

oleh Andina Librianty diperbarui 13 Jan 2021, 20:40 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2021, 20:40 WIB
20170621-PLN Berikan Diskon Biaya Penyambungan Tambah Daya-Antonius
Petugas PLN melakukan penyambungan penambahan daya listrik di Jakarta, Rabu (21/6). Menyambut lebaran, PLN memberikan bebas biaya penyambungan untuk rumah ibadah dan potongan 50 persen untuk pengguna selain rumah ibadah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Rida Mulyana, mengungkapkan bahwa susut (losses) jaringan tenaga listrik pada tahun lalu mencapai 8,39 persen dari target 9,2 persen.

Susut jaringan tenaga listrik ini dari unsur teknis dan non teknis. Dari sisi teknis ini yaitu sejumlah energi yang hilang dalam proses pengalirannya. Sementara secara non teknis, yaitu adanya pemanfaatan ilegal atau pencurian listrik.

Untuk melihat nominal dari capaian susut ini, maka harus dilihat dari pendapatan PT PLN.

"Losses itu semakin kecil semakin bagus karena setiap turunnya satu persen atau 0,1 persen itu sangat berarti untuk kita. Anggap 10 persen (capaian susut) dan pendapatan PLN misalnya Rp 300 triliun, maka ya Rp 30 triliun," ungkap Rida dalam konferensi pers virtual pada Rabu (13/1/2021).

Mengenai unsur non teknis, kata Rida, masalah ini masih terjadi dari tahun ke tahun. Tim yang dibentuk pun terus menemukan beberapa penyimpangan.

Ia pun mengklaim pemerintah berhasil mengatasinya dengan rata-rata hampir Rp 1 triliun penghematan dari penertiban tersebut.

"Saya melihat ini ada peluang untuk ditingkatkan dan dilakukan berdasarkan kerja sama kami dengan aparat penegak hukum," jelasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Ternyata, Indonesia Impor Listrik dari Malaysia 100 MW di 2020

20150812-Pasukan Elite PLN-Jakarta
Petugas PLN memperbaiki Menara Sutet di Jalan Asia Afrika, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Pekerjaan tersebut mengandung resiko besar karena jaringan listrik masih dipelihara tanpa dipadamkan. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Sebelumnya, pasokan cadangan listrik secara nasional tercatat mencapai 30,10 persen pada tahun lalu. Meski demikian, Indonesia masih melakukan impor listrik sekitar 100 hingga 120 mega watt (MW) dari Malaysia pada 2020.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, pemenuhan listrik impor tersebut dilakukan untuk mencukupi permintaan listrik di Kalimantan Barat.

"Jadi ada listrik diimpor dari Malaysia, Sarawak ke Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan melalui kerja sama secara bilateral G to G. Di mana kerja sama ini bisa ekspor impor listrik, namun tahap sekarang kita mengimpor dulu," ujarnya dalam diskusi daring, Jakarta, Rabu (13/1/2021).

Adapun pasokan listrik tersebut berasal dari perusahaan listrik Malaysia yaitu Sarawak Electricity Supply Corporation (SESCO), anak usaha Sarawak Energy Berhad. Secara keseluruhan rasio impor listrik ini masih hanya 0,54 persen dibandingkan total konsumsi listrik nasional.

"Apabila pembangkit listrik baru di Kalimantan telah selesai proses pembangunannya dan bisa beroperasi, maka bukan tak mungkin Indonesia bisa mengekspor listrik ke Malaysia," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya