PLN Normalkan 10 Gardu Listrik di Wilayah Terisolir Terdampak Gempa Sulbar

PLN berhasil menormalkan kembali 5 gardu terdampak gempa di wilayah terisolir Majene, Sulawesi Barat.

oleh Athika Rahma diperbarui 01 Feb 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 11:00 WIB
Pencarian dan penyelamatan korban gempa di Mamuju dan Majene, Sulbar masih terus dilakukan. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)
Pencarian dan penyelamatan korban gempa di Mamuju dan Majene, Sulbar masih terus dilakukan. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN berhasil menormalkan kembali 5 gardu terdampak gempa di wilayah terisolir Majene, Sulawesi Barat. Hal ini dilakukan sesaat setelah akses menuju Kecamatan Ulumanda yang tertutup longsor pasca diguncang gempa magnitudo 6,2 Skala Richter (SR) kembali terbuka.

Sebelumnya pada Rabu (27/1/2021), PLN juga telah memulihkan 5 gardu listrik, setelah dibukanya akses jalan akibat longsor menuju ke Kecamatan Ulumanda. Sehingga total, 10 gardu di Kecamatan Ulumanda telah kembali menyala.

Adapun 5 gardu tambahan yang berhasil dipulihkan terletak di Kampung Panggalo, Taukong, Tandeallo, dan Paku.

"Puji syukur, begitu akses dibuka oleh Pemerintah, personil kami langsung melakukan pemulihan. Saat ini total 10 gardu di Ulumanda telah menyala kembali," tutur General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UIW Sulselrabar) Awaluddin Hafid dalam keterangannya, Senin (1/2/2021).

Untuk memulihkan listrik di Kecamatan Ulumanda, personil PLN harus melewati akses jalan yang ekstrim dan rusak berupa tanah berlumpur serta rawan longsor akibat gempa.

Material kelistrikan harus diangkut menggunakan motor trail dan mobil hardtop. Di beberapa titik pun material harus dipanggul atau diangkat secara manual oleh petugas.

Berkat upaya tersebut, sebanyak 2.035 pelanggan di Kecamatan Ulumanda kini dapat menikmati listrik PLN kembali.

Adapun hingga Minggu (31/1/2021), PLN telah memulihkan 866 gardu terdampak gempa. Kini lebih dari 85 ribu pelanggan dapat menikmari listrik kembali.

PLN kini terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memulihkan sisa 6 gardu di Kampung Kalausu, Kampung Kalo'bang, Kampung Seppong, Kampung Lemo-lemo, Kampung Popenga, dan Kampung Urekang.

"Untuk 6 lokasi yg masih terisolir akibat gempa ini, nantinya kami akan mengakses material kelistrikan dengan menggunakan motor trail atau dipanggul secara manual oleh petugas dengan tetap berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum sehingga percepatan pemulihan Kecamatan Ulumanda dapat segera dinyalakan," tambah Hafid.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BNPB Targetkan Penyelesaian Dampak Gempa Sulbar 6 Bulan

Dua petugas dilaporkan terjebak dalam reruntuhan kantor Gubernur Sulbar yang ambruk akibat gempa Majene. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)
Dua petugas dilaporkan terjebak dalam reruntuhan kantor Gubernur Sulbar yang ambruk akibat gempa Majene. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menargetkan penyelesaian dampak gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat bisa selesai dalam enam bulan. Khususnya terkait rekonstruksi perumahan.

"Proses pendataan dan administrasi kami targetkan selesai hingga Februari 2021. Mudah-mudahan dari Februari sampai Juli 2021 sudah tidak ada lagi pengungsian," kata Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Rifai kepada wartawan di Mamuju, Selasa 26 Januari 20, dikutip dari Antara.

Jokowi Ia berharap, proses pendataan dan verifikasi terhadap rumah warga yang rusak akibat gempa, baik di Kabupaten Mamuju maupun di Kabupaten Majene, dapat segera selesai hingga Februari 2021.

"Berdasarkan kesepakatan, batas akhir pendataan rumah warga yang rusak, baik rusak ringan, sedang hingga berat sampai hari ini. Tetapi, sambil proses pendataan, kami terus memasukkan data warga yang sudah masuk dan tentu kami akan menunggu hingga semuanya rampung," tuturnya.

Rifai mengatakan, BNPB masih menunggu dan berharap pada Februari 2021, semuanya sudah rampung, sehingga warga korban gempa akan segera meninggalkan tempat pengungsian dan mereka akan menghuni kembali rumah yang rusak ringan dan rusak sedang.

"Bantuan dana itu langsung kami serahkan 100 persen," kata Rifai.

Sementara itu, untuk warga yang rumahnya rusak berat, tambahnya, disejajarkan dengan rumah yang rusak ringan dan sedang.

"Pada prinsipnya, rumah rusak berat sejajar dengan rusak ringan dan sedang. Tapi, rusak berat ini tentu menggunakan fasilitas membangun kembali, sehingga prosesnya agak lebih lama. Tawaran saya, sama pengalaman kami seperti di beberapa daerah pascagempa seperti NTB dan Palu Sulteng, kita menggunakan rumah instan," papar Rifai. 

Rumah Instan

Tenda perawatan korban gempa Mamuju
Orang-orang yang terluka dalam gempa dengan magnitudo 6,2 beristirahat di tempat penampungan sementara di luar Rumah Sakit Regional Sulbar, Mamuju, Sulawesi Barat, Minggu (17/1/2021). Mereka dirawat di dalam tenda darurat untuk mengantisipasi gempa susulan. (ADEK BERRY/AFP)

Rifai mengatakan telah menyurat ke beberapa vendor yang memiliki pengalaman untuk melakukan pembangunan rumah terdampak gempa tersebut.

"Kita sudah menyurati beberapa vendor yang sudah punya akses untuk penyelenggaraan seperti ini. Rumah instan ini lebih mudah, lebih cepat dan lebih aman. Prinsipnya, rumah instan itu terbangun lebih baik dan lebih aman, di mana nanti semua spek teknisnya sudah SNI ditambah lagi rekomendasi rumah tahan gempa," tutur Rifai.

Rumah instan tersebut, lanjutnya, bukan berdasarkan pilihan BNPB.

"Tetapi, BNPB berpengalaman memberikan informasi bahwa instan ini ada beberapa jenis. Di antaranya sistem Domus dari Tata Logam, Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) dari PUPR serta Risba (rumah instan baja) dari Universitas Gajah Mada. Kami hanya mengenalkan dan ini bukan paten," kata dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya