Pandemi Belum Usai, OJK Minta Perbankan Lebih Gesit Berinovasi

OJK meminta pengusaha bank dan sektor perbankan agar tidak hanya diam sembari menunggu kapan pandemi Covid-19 berakhir

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 04 Mar 2021, 15:12 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2021, 15:12 WIB
20151104-OJK
Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta pengusaha bank dan sektor perbankan agar tidak hanya diam sembari menunggu kapan pandemi Covid-19 berakhir, dan terus bergerak untuk menjemput era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity).

Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, Heru Kristiyana, coba melihat dinamika dari kondisi saat ini, utamanya akibat pandemi Covid-19, bahwa semua sektor kini bergerak dengan sangat cepat.

"Sudah terjadi juga safety behaviour dari nasabah kita yang biasanya menggunakan transaksi offline jadi online. Ini jadi hal yang sangat penting untuk dicermati para bankir," kata Heru dalam sesi webinar bersama Infobank, Kamis (4/3/2021).

Menurut dia, bankir tentunya tidak bisa membiarkan sektor usahanya mengalir begitu saja mengikuti perkembangan zaman. Khususnya dalam menyikapi golongan milenial, yang saat ini lebih mengutamakan transaksi online ketimbang offline.

"Milenial kita kan kita tahu sudah tidak mau lagi melakukan transaksi secara offline, dimana mereka datang ke ATM atau kantor bank sekadar hanya untuk melakukan transaksi atau ambil uang. Mereka tentunya takut kalau berkerumun, nanti tertular covid," ujarnya.

"Situasi seperti itu ditambah lagi dengan pandemi Covid seperti ini yang intensitasnya juga naik tajam, meski sekarang ada penurunan, itu tentunya menimbulkan volatility dan uncertainty. Saya meyakini bahwa semua harus kita respon," imbuh Heru.

Heru lantas mendorong para bankir dan pemilik bank untuk mau berubah dan bisa memutuskan secara tepat harus investasikan ongkos operasional perbankan ke bagian mana.

"Karena dengan menghadapi situasi seperti itu, shifting behaviour nasabah, itu pasti harus ada investasi ke teknologi. Ada investasi ke SDM yang sangat mengerti behaviour tadi itu, dan tentunya talent-talent yang berkualitas," tuturnya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengembangan Produk

ILustrasi bank
ILustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Para pemilik bank juga disebutnya harus mulai memikirkan pengembangan produk dan layanan. Heru mewanti-wanti bank, jika mereka tak mau berubah ke layanan digital guna menghadapi berbagai ketidakpastian dan volatilitas, tentunya nasabah akan lari.

Namun, bank juga diminta untuk tetap memperhatikan populasi nasabahnya. Dengan begitu, bankir bisa memutuskan apakah mereka akan fokus berubah kulitnya di bank digital murni, atau dapat melayani milenial beserta senior milenial secara bersamaan.

"Saya pinjam istilah itu dari Dirut BCA, pak Jahja (Setiaatmadja). Di BCA itu ada bagian dari nasabah yang tetap ingin, walaupun sudah ke digital tapi ingin transaksi layanan lama tetap ada dengan baik," ucap Heru.

Selain itu, pengelola bank juga diminta untuk tidak berpaling dari perusahaan financial technology (fintech), dan menganggap mereka lebih sebagai teman bukan musuh.

"Ini memang kita lihat volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity ini memerlukan suatu perubahan cara kita mengelola bank. Itu sudah pasti sangat pasti," pungkas Heru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya