Kontribusi UMKM Terhadap Ekspor di Indonesia Jauh Tertinggal di Negara APEC

Rendahnya kontribusi UMKM dalam negeri terhadap ekspor lantaran berbagai persoalan klasik yang masih belum bisa diatasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2021, 17:31 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2021, 17:31 WIB
FOTO: M Block Market Dukung Program UMKM
Pengunjung memilih produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dijual di M Block Market, Jakarta, Minggu (14/3/2021). M Block Market merupakan toko swalayan yang menjual 70 persen berbagai produk buatan dalam negeri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangat berperan terhadap perekonomian nasional. Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) yang saat ini mencapai 60 persen.

"Selain itu, penyerapan tenaga kerja (UMKM) sebesar 97 persen. Jadi, kita ketahui UMKM merupakan tulang punggung perekonomian sesuai data BPS," jelas Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki, dalam konferensi pers 500K Eksportir Baru, Senin (19/4/2021).

Kendati demikian, saat ini, kontribusi UMKM domestik terhadap aktivitas ekspor dinilai masih relatif rendah,  yakni hanya 14,7 persen. Menurut Teten, jumlah tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara-negara anggota APEC. Dimana, kontribusi UMKM dari negara-negara APEC saat ini terhadap ekspor sudah mencapai 35 persen.

"Jadi, ini masih tertinggal dari negara-negara APEC," tekannya.

Teten menyebut, rendahnya kontribusi UMKM dalam negeri terhadap ekspor lantaran berbagai persoalan klasik yang masih belum bisa diatasi. Diantaranya minimnya pengetahuan pelaku UMKM tentang pasar luar negeri, rendahnya kualitas produk UMKM, minimnya kapasitas produksi UMKM, biaya sertifikasi yang tidak murah, hingga masalah logistik.

Oleh karena itu, dia mendorong, adanya berbagai program terobosan untuk meningkatkan partisipasi UMKM terhadap aktivitas ekspor. Salah satunya program Sekolah Ekspor.

"Saya kira (Sekolah Ekspor) penting agar bagaimana UMKM bisa menjadi eksportir serta memacu ekspor," bebernya

Reporter: sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Biaya Logistik Masih Jadi Momok untuk UMKM

FOTO: M Block Market Dukung Program UMKM
Pengunjung memilih produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dijual di M Block Market, Jakarta, Minggu (14/3/2021). M Block Market merupakan toko swalayan yang menjual 70 persen berbagai produk buatan dalam negeri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengungkapkan kendala terbesar yang dialami oleh UMKM domestik di masa pandemi Covid-19. Yakni terkait melambungnya tarif pengiriman barang atau logistik.

"Tantangan UMKM saat pandemi ini adalah kenaikan tarif pengiriman barang hingga 30 persen sampai 40 persen," tegasnya dalam konferensi pers 500K Eksportir Baru, Senin (19/4/2021).

Menkop Teten menyebut, melambungnya tarif logistik itu lantaran adanya pengurangan jadwal kapal dan penerbangan internasional untuk mengangkut pengiriman barang dari luar maupun ke dalam negeri. Menyusul turunnya volume ekspor dan impor sebagai dampak pandemi Covid-19.

"Pendeknya sekarang ini sistem logistik dunia sedikit terganggu," ucap dia menekankan.

Oleh karena itu, dia menyebut, Kementerian Koperasi dan UKM terus memperkuat kolaborasi bersama maskapai nasional Garuda Indonesia untuk mengangkut produk milik UMKM. Alhasil diharapkan mampu meringankan beban biaya logistik yang ditanggung oleh UMKM.

Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM juga telah memfasilitasi penjualan produk UMKM ke ekosistem digital untuk memperluas pemasaran. Khususnya melalui marketplace

"Seperyi Amazon, Lazada, dan lainnya," tukasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya