Liputan6.com, Jakarta - Di tengah semangat kaum Muslimin untuk meraih keberkahan saat beribadah ke Tanah Suci, fenomena titip doa kepada para jemaah haji dan umrah menjadi hal yang lazim. Tak terkecuali kepada sosok pendakwah muda yang kerap menginspirasi banyak orang.
Setiap kali hendak menunaikan ibadah umrah atau haji, Ustadz Adi Hidayat (UAH) kerap mendapat titipan doa dari jemaah atau murid-muridnya. Mereka menuliskan harapan-harapan hidup dalam secarik kertas, lalu mempercayakannya kepada sang ustadz untuk dibawa ke depan Ka'bah.
Advertisement
Namun menariknya, UAH tidak membaca satu per satu dari ribuan catatan doa tersebut. Ada cara tersendiri yang ditempuhnya dalam menyampaikan seluruh harapan para penitip kepada Sang Maha Kuasa.
Advertisement
Dalam sebuah ceramahnya, UAH menjelaskan bahwa perjalanan ke Makkah adalah momen spiritual yang luar biasa. Bahkan menurutnya, doa yang dipanjatkan oleh orang yang tengah berada dalam perjalanan taat kepada Allah memiliki kekuatan yang berbeda.
UAH mengutip hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa doa seseorang yang sedang dalam perjalanan panjang untuk tujuan taat kepada Allah memiliki peluang dua kali lebih besar untuk dikabulkan dibandingkan doa orang biasa.
"Makanya kalau ada orang mau ke Makkah, mau umrah, mau haji, titip doa, itu sangat baik," ujar UAH dalam ceramahnya.
Dikutip Jumat (26/04/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @MediaIslamiq, UAH membeberkan cara khusus yang ia gunakan saat membawa titipan doa dari para jemaah.
Menurut UAH, biasanya sebelum berangkat, ia menerima banyak catatan doa yang ditulis tangan atau diketik oleh para penitip. Jumlahnya bisa ratusan, bahkan ribuan lembar kecil.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ternyata Begini Caranya Mendoakan Orang yang Titip Doa
"Saya itu biasa kalau mau berangkat, dititipi doa yang ditulis-tulis banyak sekali. Saya simpan saja," ungkap UAH dengan nada tenang namun tegas.
Setibanya di Tanah Suci, khususnya saat berada di sekitar Ka'bah, UAH membawa semua catatan tersebut. Ia tidak membuka satu per satu untuk membacanya secara lisan.
Namun, ia mengangkat semua catatan itu dan berdoa, "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui, mohon kabulkan semua doa-doa dari teman-teman jemaah yang dititipkan dalam kertas-kertas ini."
Doa tersebut ia panjatkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah telah mengetahui isi setiap catatan yang dititipkan kepadanya, meskipun ia tidak membacanya secara satu per satu.
Baginya, hal ini merupakan cara praktis sekaligus efisien untuk menyampaikan seluruh permintaan kepada Allah, tanpa harus melelahkan diri membacakan semuanya satu-satu.
"Daripada capek kita bacakan satu-satu, ya kita sampaikan saja secara umum dan insya Allah, biasanya terkabul," ujar UAH penuh optimisme.
Cara ini juga menunjukkan keyakinan mendalam terhadap sifat Allah yang Maha Mengetahui segala isi hati dan niat hamba-Nya, bahkan sebelum hamba itu sendiri mengucapkannya.
Advertisement
Bisa Jadi Inspirasi
Metode UAH ini lantas menjadi inspirasi tersendiri bagi banyak orang, terutama mereka yang merasa belum mampu pergi ke Makkah namun tetap ingin menyampaikan doa.
Titipan doa pun menjadi bentuk ikhtiar spiritual, yang diiringi harapan bahwa lewat lisan atau tangan orang lain, Allah tetap akan mengabulkannya.
Tak sedikit yang kemudian mengadopsi cara ini, yakni menitip doa secara tertulis kepada kerabat atau sahabat yang berangkat ke Tanah Suci.
UAH pun menegaskan, selama niatnya baik dan disampaikan dengan adab yang benar, maka insya Allah tidak ada doa yang sia-sia, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit.
"Yang penting yakin. Doa itu bukan cuma tentang lisan, tapi keyakinan hati. Allah tahu semuanya," pungkas UAH dalam tausiyahnya itu.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana kekuatan spiritual bisa dibawa dengan cara sederhana, tapi tetap dalam koridor adab dan keimanan yang tinggi.
Bagi UAH, inti dari doa bukan terletak pada panjang pendeknya, tapi pada keyakinan bahwa Allah pasti mendengar dan mengabulkan doa setiap hamba yang bersungguh-sungguh.
Dengan pendekatan yang penuh makna itu, UAH memberikan teladan bahwa menyampaikan doa orang lain juga bisa dilakukan dengan hati, bukan hanya lisan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
