Sri Mulyani Ungkap Momentum Penguatan Ekonomi Nasional

Dijelaskan Sri Mulyani, program PEN ini terus mengalami penyempurnaan desain dalam implementasinya.

oleh Andina Librianty diperbarui 03 Mei 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2021, 19:00 WIB
Menkeu Sri Mulyani Beberkan Perubahan Pengelompokan/Skema Barang Kena Pajak
Menkeu Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Rapat membahas konsultasi terkait usulan perubahan pengelompokan/skema barang kena pajak berupa kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, mengungkapkan momentum penguatan kinerja ekonomi domestik terutama ditopang oleh berlanjutnya kebijakan fiskal countercyclical dalam APBN 2021. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 direncanakan pada level 5,7 persen dari PDB.

Selain itu, penguatan kinerja ekonomi juga didukung dengan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) pada 2021 yang meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan tahun lalu, yaitu mencapai Rp 699,43 triliun.

"Program ini dengan fokus tetap pada penanganan pandemi Covid-19, mendukung masyarakat lewat bantuan sosial, dan dukungan terhadap UMKM dan dunia usaha, serta program-program sektoral strategis," kat Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala II KSSK Tahun 2021 pada Senin (3/5/2021).

Dijelaskan Sri Mulyani, program PEN ini terus mengalami penyempurnaan desain dalam implementasinya. Sehingga program ini dapat berjalan lebih cepat dan tepat sasaran, serta lebih efektif dalam mendorong perekonomian dan memulihkan daya beli masyarakat serta dunia usaha.

Fokus utama PEN tetap pada penanganan kesehatan, termasuk untuk mendukung program vaksinasi dan insentif tenaga kesehatan. Selain itu, penguatan reformasi struktural juga dilakukan untuk tetap membangun fondasi ekonomi secara kuat dan mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.

Peran sentral APBN dalam mendorong pemulihan ekonomi tercermin dari kinerja APBN 2021 kuartal I 2021. Realisasi belanja negara pada kuartal I 2021 tercatat tumbuh 15,61 persen (yoy), terutama didorong oleh kenaikan belanja barang untuk pelaksanaan vaksinasi dan bantuan pelaku usaha, akselerasi belanja modal untuk infrastruktur dasar dan infrastruktur konektivitas, serta bantuan sosial untuk mendukung daya beli masyarakat.

Kinerja pendapatan negara tetap terjaga, tumbuh positif 0,64 persen (yoy). Menurut Sri Mulyani, ini tanda pemulihan setelah tahun lalu mengalami kontraksi dari pendapatan negara yang cukup dalam.

Defisit APBN tercatat pada kuartal I 2021 sebesar Rp 144,2 triliun atau 0,82 persen terhadap PDB.

"Kita akan terus melaksanakan APBN dalam mendukung pemulihan ekonomi dan bekerja sama dengan otoritas moneter, Bank Indonesia, dalam mengawal pemulihan ekonomi tahun ini dan ke depan," jelas Sri Mulyani.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kemenkeu Pede Ekonomi Tumbuh 7 Persen di Kuartal II 2021

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2021 masih tumbuh negatif. Yakni berkisar antara -1 persen sampai -0,5 persen.

"Estimasi kita saat ini adalah 1 persen sampai dengan minus 0,5 persen untuk kuartal pertama," ujarnya dalam acara Lecture Series ke-6 bertajuk Pemulihan Ekonomi dari Pandemi Covid-19: Telaah Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi, Kamis (29/4/2021).

Bos BKF ini mengungkapkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal I tersebut lantaran kinerja berbagai leading sector masih dalam tahap awal pemulihan. Sehingga dinilai masih tipis peluang untuk mengantarkan ekonomi nasional tumbuh positif di kuartal pertama tahun ini.

Kendati demikian, di kuartal II mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini mampu tumbuh sebesar 7 persen, bahkan bisa tumbuh lebih tinggi lagi. Menyusul akumulasi proses perbaikan ekonomi yang mulai terasa dari periode sebelumnya.

"Untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua 2021 akan tertinggi, bisa di atas 7 persen dan seterusnya. Ini diperkuat data bulan Maret atas penjualan ritel, mobil, konsumsi listrik, dari sisi bisnis dan industrinya, lalu Google mobility, pergerakan masyarakat sangat menentukan konsumsi, dari sisi suplai terus ekspansi, siap menjual barang, konsumsi semen meningkat, ekspor kita membaik di Maret 30,2 persen, impor juga meningkat," terangnya.

Maka dari itu, pihaknya meyakini, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 mampu tumbuh positif berkisar 4,5 sampai 5,3 persen. Hal ini berkaca dari tren perbaikan kinerja berbagai leading sektor dari awal tahun 2021.

"Kalau kita lanjutkan nanti penguatan pemulihan perekonomian ini dengan sangat kuat. penguatan ini secara disiplin bisa mencapai 4,5 persen-5,3 persen untuk keseluruhan tahun," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya