Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan jadi salah satu sektor yang juga terdampak pandemi Covid-19. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) juga ikut terdampak. Oleh sebab itu, perseroan menjalankan langkah antisipasi jangka panjang.
Strategi yang dilakukan GMF dengan menggarap lebih banyak bisnis kargo hingga mengatur belanja modal perusahaan. Diharapkan, strategi pemulihan yang dilakukan mampu menjaga keberlangsungan usaha.
Pasalnya, industri penerbangan diprediksi baru pulih sepenuhnya seperti kondisi normal pada 2024. Meski dalam prediksi tersebut, pasar domestik diproyeksikan mampu lebih cepat dibanding pasar internasional. Demikian juga sektor kargo yang saat ini masih terus berjalan.
Advertisement
Direktur Utama GMF I Wayan Susena menyatakan bahwa penguatan bisnis kargo ini menjadi peluang tersendiri bagi GMF untuk menggarap pasar perawatan pesawat preighter (passenger-freighter).
Pada 2020 hingga 2021 lalu, GMF telah melakukan konversi tiga pesawat preighter milik Garuda Indonesia Group.
“GMF juga melakukan diversifikasi bisnis pada segmen usaha yang tidak terlalu terdampak pandemi seperti power services, defence industry, dan business atau private jets,” terang Wayan, dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (28/7/2021).
Berdasarkan laporan IATA periode April 2021, bisnis kargo tahun ini diprediksi masih akan terus menguat. Pendapatan maskapai dari segmen bisnis ini secara global diproyeksikan akan meningkat hingga USD 152 miliar atau sepertiga dari total pendapatan maskapai.
Artinya porsi ini meningkat signifikan dibandingkan periode-periode sebelumnya sebesar 10-15 persen. Hal tersebut mendatangkan keuntungan bagi GMF yang mengalami peningkatan volume pekerjaan perawatan berat, terutama untuk pesawat kargo yang berasal dari luar negeri.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kontribusi Terbesar
Meski begitu, GMF mengakui sektor perawatan pesawat komersil masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan perusahaan. Hal ini terlihat dari Laporan Keuangan audited tahun buku 2020 dimana GMF berhasil mencatatkan pendapatan usaha sebesar USD 258,3 juta.
Pendapatan tersebut mayoritas dikontribusikan oleh sub-usaha reparasi dan overhaul sebesar USD 175,1 juta, kemudian disusul oleh sub-usaha perawatan sebesar MUSD 52,6, dan pendapatan dari sub-usaha operasi lainnya sebesar USD 26 juta.
Selain menggenjot pendapatan usaha, untuk menurunkan beban usaha perusahaan melakukan berbagai inisiatif efisiensi, baik pada aspek beban pegawai, material, subkontrak maupun beban operasional lainnya.
Langkah ini diketahui berhasil menekan beban-beban tersebut secara total hingga 25 persen dari tahun sebelumnya.
Advertisement
Aviasi
Selain itu, perusahaa juga masih akan menjalankan upaya pada industri aviasi sepanjang tahun ini. Kemudian, Perseroan juga telah menyiapkan dan menerapkan sejumlah langkah strategis lainnya guna mengantisipasi dampak pandemi dan menjaga kesinambungan usaha.
Di tengah tingkat uncertainty dan complexity yang masih cukup tinggi, GMF tengah fokus menjaga arus kas dan likuiditas.
“Langkah ini diwujudkan melalui pengelolaan piutang dan cash, penundaan belanja modal (CAPEX) pada proyek non-prioritas, efisiensi biaya operasional dan penyesuaian beban usaha, renegosiasi kontrak vendor, serta restrukturisasi hutang dengan kreditur-kreditur atas pinjaman yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang,” tutur Wayan.
Lebih jauh, GMF juga membuka peluang bagi perusahaan lessor secara langsung maupun operator airlines lewat kerja sama tiga pihak atau tripartite agreement. Tujuannya untuk meningkatkan cash-in bagi GMF di tengah kondisi operator airlines yang mengalami kondisi pendanaan.
Lewat skema tersebut, hingga bulan Juni 2021, GMF mencatatkan pertumbuhan pendapatan lebih dari 200 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya untuk pekerjaan re-delivery oleh customer lessor.
Tindak Lanjut Opini Auditor
Strategi yang dijalankan perusahaan ini merupakan respon terhadap opini auditor. Opini auditor tidak menyatakan pendapat didasari oleh ketidakpastian material atas likuiditas grup sebagai imbas dari pembatasan perjalanan maskapai sebagai pelanggan utama Perseroan akibat pandemi COVID-19.
Manajemen Grup telah mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi keuangan, namun belum sepenuhnya terealisasi. Untuk itu, auditor belum memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung asumsi bahwa rencana manajemen dapat dicapai dalam jangka waktu yang diperlukan.
Meski demikian, Perseroan tetap mengapresiasi independensi auditor dalam menyampaikan opini berdasarkan pelaksanaan audit laporan keuangan untuk tahun buku 2020 yang dilaksanakan sesuai standar audit yang berlaku.
Menanggapi hal tersebut, Perseroan menjadikan tahun 2021 sebagai momentum dalam melakukan pembenahan secara komprehensif untuk mempertahankan likuiditas dan meningkatkan kinerja fundamental keuangan Perseroan.
“Dengan berfokus pada strategi pemulihan finansial secara berkelanjutan, diversifikasi bisnis dan operational excellence bagi pelanggan, GMF diharapkan mampu menjaga keberlangsungan usaha dan mewujudkan visi barunya sebagai perusahaan MRO yang paling bernilai bagi pemangku kepentingan pada tahun 2024 mendatang,” tutup Wayan.
Advertisement