Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus melakukan penindakan terhadap peredaran rokok tanpa cukai yang merugikan negara. Terbaru, Unit vertikal DJBC menggagalkan upaya peredaran rokok ilegal tanpa pita cukai di Kudus, Jawa Tengah dan Kediri, Jawa Timur.
Kasubdit Penyuluhan dan Layanan Informasi Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga (KIAL), Hatta Wardhana mengatakan, ada 2 pelaku, 2 kendaraan pengangkut, dan 1,2 juta batang rokok ilegal yang diamankan dari kedua penindakan tersebut.
"Bea Cukai Kudus menemukan 296.000 batang rokok atau 37 karton rokok jenis SKM berbagai merek yang tidak dilekati pita cukai," ujarnya, dikutip dari Belasting.id, Selasa (23/8/2022).
Advertisement
Tim bea dan cukai Kudus, Jawa Tengah, mendapat informasi mengenai truk yang membawa rokok ilegal dan menutupinya dengan pupuk. Setelah menyisir area, target operasi diciduk saat berada Jalan Lingkar Timur Kudus.
Kini, seluruh barang bukti, termasuk truk, supir berinisial AS, dan kernet berinisial RDS, semua dibawa ke Kantor Bea dan Cukai Kudus untuk diperiksa lebih lanjut.
Sementara itu, petugas bea dan cukai Kediri menindak 1 unit minibus yang membawa 936.800 batang rokok ilegal. Tim bea dan cukai Kudus yang menginformasikan tentang pengiriman rokok ilegal tersebut.
Hatta menerangkan petugas bea dan cukai Kediri sempat melakukan pengejaran terhadap minibus yang menjadi target operasi. Namun minibus itu melakukan perlawanan dengan mencoba kabur dan nekat menabrak mobil petugas.
Alhasil minibus itu terjungkal menabrak pembatas jalan, tepatnya di Tol Trans Jawa, KM 640 ruas Tol Kertosono–Nganjuk. Kini, seluruh barang bukti juga dibawa ke kantor bea dan cukai untuk diperiksa.
"Kami pun tak henti mengimbau masyarakat untuk menghindari rokok ilegal, karena itu melanggar ketentuan cukai, berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan merugikan negara. Berhenti memproduksi, menjual, memasarkan, dan membeli rokok ilegal," tegas Hatta.
Penerimaan Bea dan Cukai Capai Rp 167,6 Triliun di Semester I 2022
Penerimaan negara dari pos kepabeanan dan cukai mencapai Rp 167,6 triliun di semester I 2022. Salah satu pendorongnya aktivitas impor yang semakin tinggi.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai sudah menyentuh 56,1 persen dari target yang sudah direvisi dalam Perpres No. 98/2022. Angka ini juga tumbuh 37,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Bea masuk tumbuh 30,5 persen, cukai tumbuh 33 persen, dan bea keluar tumbuh 74,9 persen,” kata Sri Mulyani dikutip dari Belasting.id, Rabu (27/7/2022).
Sri Mulyani kemudian merinci penerimaan kepabeanan dan cukai. Pertama, bea masuk untuk semester I 2022 terkumpul sejumlah Rp 23,12 triliun. Penerimaan bea masuk itu tumbuh 30,5 persen secara tahunan.
Bea masuk tumbuh lantaran pertumbuhan impor nasional juga cukup baik. Ada beberapa sektor yang membaik, yaitu sektor perdagangan berupa gas dan kendaraan, sektor industri berupa barang prapabrikasi, serta sektor pertanian berupa impor gula dan besi baja.
Kedua, realisasi penerimaan bea keluar pada semester I 2022 senilai Rp 23,03 triliun. Angka tersebut tumbuh 74,9 persen secara tahunan.
Sri Mulyani menerangkan kinerja bea keluar dipengaruhi tingginya harga komoditas sejak awal tahun, serta volume ekspor yang membaik, terutama tembaga, CPO dan turunannya.
Ketiga, realisasi penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) pada semester I 2022 ini sejumlah Rp 118 triliun atau tumbuh 33,3 persen. Penerimaan CHT dipengaruhi kebijakan tarif berimbang 12,9 persen dan adanya lonjakan pemesanan pita cukai pada Maret lalu sebagai antisipasi dari kenaikan PPN sejak 1 April 2022.
Advertisement