Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada perdagangan Jumat, didukung oleh tanda-tanda pengetatan pasokan yang berkembang di Amerika Serikat sebagai akibat dari Badai Ida. Selain itu, pergerakan harga minyak juga dipengaruhi harapan perdagangan AS-China memberi dorongan pada aset berisiko.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (11/9/2021), harga minyak Brent naik USD 1,47, atau 2 persen menjadi USD 72,92. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap 2,32 persen atau USD 1,58, lebih tinggi pada USD 69,72 per barel.
Baca Juga
Sekitar tiga perempat dari produksi minyak lepas pantai Teluk Amerika Serikatatau sekitar 1,4 juta barel per hari masih terhenti sejak akhir Agustus 2021 lalu.
Advertisement
Angka minggu ini menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun ke level terendah sejak September 2019.
"Dengan dimulainya kembali produksi minyak mentah lepas pantai, kemungkinan besar efek Badau Ida masih akan terasa dalam beberapa minggu mendatang," kata Stephen Brennock dari Pialang Minyak PVM.
Pasar minyak dan ekuitas juga mendapat dorongan dari berita panggilan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping. Seruan itu meningkatkan harapan untuk hubungan yang lebih hangat dan lebih banyak perdagangan global, kata para analis.
"Panggilan telepon Biden-Xi memiliki efek yang sama pada pasar minyak seperti pada kelas aset lainnya," kata Jeffrey Halley, analis di broker OANDA.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengurangan Pasokan Minyak
Harga minyak Brent berada di jalur untuk mengakhiri pekan ini dengan kenaikan kecil dan telah rally hampir 40 persen tahun ini, didorong oleh pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan beberapa pemulihan permintaan dari pandemi.
Pada perdagangan Kamis, kedua kontrak minyak mentah tersebut telah turun lebih dari 1 persen setelah China mengatakan akan melepaskan cadangan minyak mentah melalui lelang publik untuk membantu meringankan biaya bahan baku yang tinggi untuk penyulingan, sebuah langkah yang digambarkan sebagai yang pertama.
Fokus minggu depan adalah revisi prospek permintaan minyak untuk 2022 dari OPEC dan Badan Energi Internasional, dan apakah penyebaran varian Delta COVID-19 menunda pengembalian penuh ke tingkat permintaan 2019.
Advertisement