Pemerintah dan Swasta Bahu-membahu Capai Target Net Zero Emission di 2060

Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen atas usaha sendiri atau 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2021, 12:46 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 10:30 WIB
Hadapi Global Warming, Mesin Penghisap Emisi Karbon Kini Dibangun
Emisi karbon merupakan kunci penting untuk menghindari perubahan iklim saat ini. Solusinya adalah mesin penghisap karbon di Swiss. (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk menurunkan emisi karbon. Komitmen ini juga didukung keterlibatan sektor swasta. Indonesia sendiri telah mengumumkan komitmen terhadap inisiatif perubahan iklim global dengan target net zero emission pada 2060.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, menjelaskan Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen atas usaha sendiri atau 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030.

“Pemerintah juga telah merilis skenario transisi energi menuju net zero emission, serta mekanisme carbon market," kata Arsjad Rasjid dalam Forum Impact Investing COP26 di Glasgow, Inggris Raya, Senin (1/11/2021) malam.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Maritim dan Investasi Shinta W Kamdani juga menegaskan, kolaborasi antara sektor publik dan swasta serta pihak internasional perlu lebih didorong dan diperkuat pasca-COP26.

Salah satu area kolaborasi potensial adalah pembentukan satuan tugas publik-swasta untuk penyusunan roadmap carbon market Indonesia dan Kadin Net Zero Hub, yang menjadi pusat sumber daya bagi perusahaan swasta berbagi wawasan, pengetahuan, alat serta sumber daya lainnya dalam membangun Net Zero Journey.

Selain itu, Kadin akan berfokus pada tujuh tema prioritas untuk mempercepat dekarbonisasi, yaitu kolaborasi dalam penyusunan regulasi dan implementasi carbon pricing, pembangunan ekonomi berbasis hutan, dan peningkatan porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi.

Selanjutnya percepatan adopsi mobilitas listrik, pengembangan program-program sirkuralitas end to end di sektor-sektor utama, inovasi dan perluasan praktik pertanian berkelanjutan, dan penggunaan pembiayaan berkelanjutan untuk mempercepat transisi.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Mulai 2030, Pembangkit Listrik Dibangun Indonesia Semua Pakai Energi Terbarukan

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)
Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Indonesia menargetkan jika mulai 2020, penambahan pembangkit listrik akan berasal dari energi baru terbarukan (EBT). Upaya ini sebagai langkah menekan tingkat emisi gas rumah kaca dan target net zero emission 2060.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menjelaskan jika target ini bertujuan upaya substitusi pembangkit listrik tenaga fosil dalam upaya menekan emisi karbon. Di sisi lain, tetap memenuhi lonjakan kebutuhan listrik di Indonesia.

“Penambahan pembangkit listrik mulai tahun 2030 seluruhnya berasal dari EBT terutamanya PLTS, sehingga pada tahun 2060, total kapasitas pembangkit listrik seluruhnya berasal dari EBT,” katanya dalam Indonesia Pathway to Net Zero Emission – Energy Transition, Kamis (21//10/2021).

Upaya ini, kata Arifin merupakan bagian dari peta jalan atau roadmap yang telah disusun pemerintah dalam menekan emisi gas rumah kaca periode 2021-2060.

Sebelum masuk pada pembangunan pembangkit listrik tersebut, ada langkah lain yang secara bertahap dilakukan pemerintah.

Misalnya dengan peralihan pembangkit listrik tenaga fosil kepada pembangkit dengan emisi karbon yang minim.

“Melakukan retirement pembangkit listrik tenaga fosil yang akan dilakukan secara bertahap sesuai umur pembangkit atau dilakukan lebih cepat sesuai mekanisme yang tepat,” katanya.

Ia menilai jika konsumen energi dari komersial dan industri memiliki peran penting dalam transisi energi di Indonesia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya