Gubernur BI: Inflasi Indonesia Lebih Rendah dari Batas Bawah

Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak melambat didukung pasokan barang yang memadai.

oleh Arief Rahman H diperbarui 16 Des 2021, 19:14 WIB
Diterbitkan 16 Des 2021, 19:14 WIB
FOTO: Kenaikan Harga Minyak Goreng Penyumbang Utama Inflasi
Pedagang menata minyak goreng di sebuah pasar di Kota Tangerang, Banten, Selasa (9/11/2011). Bank Indonesia mengatakan penyumbang utama inflasi November 2021 sampai minggu pertama bulan ini yaitu komoditas minyak goreng yang naik 0,04 persen mom. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut, tingkat inflasi secara keseluruhan akan berada di bawah batas bawah. Ia menyebut secara keseluruhan angkanya akan menyentuh kisaran sasaran 3 persen plus-minus 1 persen pada 2021.

Ia menyebutkan Inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas nasional, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 tercatat rendah yaitu Inflasi 0,37 persen mtm. Sehingga IHK sampai november tercatat 1,30 persen ytd.

“Secara tahunan Inflasi IHK tercatat 1,75 persen yoy lebih tinggi dari inflasi oktober 2021, yang sebesar 1,66 persen. Inflasi inti tetap rendah yaitu 1,44 persen yoy ditengah permintaan domestik yang mulai meningkat dan didukung pasokan yang terkendali nilai tukar yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terjaga,” terangnya dalam konferensi pers, Kamis (16/12/2021).

Sementara itu, Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak melambat didukung pasokan barang yang memadai. Inflasi kelompok harga-harga yang diatur pemerintah meningkat dipengaruhi kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan mobilitas yang membaik.

“Secara seluruh inflasi diperkirakan akan berada di bawah batas bawah kisaran sasarn 3 persen plus minus 1 persen pada 2021. Dan pada tahun 2022 inflasi akan tetap terjaga dalam kisaran kisaran 3 plus minus 1 persen pada 2022,” tuturnya.

“Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan pemerintah melalui tim pengendali inflasi pusat dan daerah. Untuk menjaga inflasi IHK tetap berada dalam kisaran sasarn yang telah ditetapkan,” imbuh Perry Warjiyo.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kondisi Likuiditas

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Di sisi lain, BI telah menambah likuiditas atau quantitative easing di perbankan sebesar 141,19 triliun pad 2021 hingga 14 desember 2021.

“Kondisi likuiditas sangat longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi BI dan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional,” katanya.

Tambahan ini diatas quantitative easing yang telah dilakukan BI pada tahun 2020. Sepanjang 2021 BI juga telah lakukan pembelian SBN untuk pendanaan APBN sebesar Rp 201,32 triliun yang terdiri dua jenis.

Pertama, pembelian di pasar perdana sebesar 143,32 triliun sesuai dengan keputusan bersama Menkeu Gubernur BI tanggal 16 april 2020 sebagaimana diperpanjang tanggal 11 desember 2020 hingga 31 desember 2021.

Kedua, private placement pada November 2021 sebesar 58 triliun untuk pembiayaan penanganan kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka penanganan dampak pandemi vodi-19 sesuai dengan keputusan bersama menkeu dan gubernur bi tanggal 23 agustus 2021.

“Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada november 2021 sangat longgar. Tercermin pada rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang tinggi itu mencapai 34,24 persen serta pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 10,37 persen yoy,” terangnya.

Ia menambahkan, likuiditas perekonomian juga meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit M1 dan arti luas M2. Masing-masing tumbuh meningkat 14,7 persen yoy dan 11,0 persen yoy. Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh peningkatan kredit perbankan dan ekspansi fiskal sejalan dengan perbaikan ekonomi yang terus berlanjut.

“Suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang longgar mendorong suku bunga kredit perbankan dalam tren yang terus menurun di pasar uang dan pasar dana,” ujar dia.

“Suku bunga pasar uang antar bank dan suku bunga deposito satu bulan di perbankan juga telah menurun masing2 sebesar 25 basis poin dan 145 basis poin sejak november 2020 menjadi 2,79 persen dan 3,05 persen pada november 2021,” imbuhnya.

Sementara, di pasar kredit penurunan Suku Bunga Dasar Kredit perbankan juga terus berlanjut diikuti dengan penurunan suku bunga kredit baru pada seluruh kelompok bank kecuali BPD.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya