Inflasi AS Terburuk Sepanjang Sejarah, Sri Mulyani Minta Indonesia Waspada

Proses pemulihan ekonomi Indonesia tidak hanya bergantung pada penyebaran dan penanganan pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Des 2021, 12:10 WIB
Diterbitkan 14 Des 2021, 12:10 WIB
Rapat Kerja
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/6/2019). Pemerintah bersama Komisi XI DPR RI kembali melakukan pembahasan mengenai asumsi dasar makro dalam RAPBN 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan jika proses pemulihan ekonomi Indonesia tidak hanya bergantung pada penyebaran dan penanganan pandemi Covid-19.

Lebih dari itu, momentum pertumbuhan harus juga mewaspadai kondisi perekonomian global, khususnya negara maju yang melakukan penyesuaian kebijakan selama masa pemulihan ekonomi.

"Kita harus tetap waspada dari lingkungan global seperti negara maju yang melakukan penyesuaian kebijakan," kata Sri Mulyani dalam webinar: Hadapi Bersama Perubahan Iklim dan Strategi Ekonomi Hijau, Jakarta, Selasa (14/12/2021).

Beberapa negara maju mengalami proses pemulihan ekonomi yang lebih cepat dan meninggalkan negara lainnya. Akibatnya inflasi ekonomi di negara-negara tersebut meningkat drastis. Pada Oktober 2021 Amerika Serikat mengalami inflasi terburuk dari yang pernah ada.

"Inflasi 6,2 persen ini terburuk dari yang pernah dialami Amerika Serikat," kata dia.

Bahkan pada bulan November inflasi di negeri Paman Sam tersebut kembali naik menjadi 6,8 persen. Dari perkembangan ini kata Sri Mulyani, Indonesia harus bersiap melakukan proteksi terhadap tekanan yang bisa terjadi.

"Kita harus bisa proteksi tekanan ke otoritas moneter buat pengetatan akan lebih besar," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Inflasi di Eropa

Kenormalan Baru di Barcelona
Warga terlihat menyeberang jalan di Barcelona, Spanyol (25/6/2020). Spanyol juga telah membuka kembali perbatasan bagi kedatangan dari negara-negara Uni Eropa serta kawasan Schengen. (Xinhua/Balai Kota Barcelona)

Peningkatan inflasi juga terjadi di negara-negara Eropa yang mengalami inflasi hingga 4 persen. Padahal sebelumnya inflasi di Eropa mendekati 0 persen atau malah mengalami deflasi saat kondisi pra pandemi.

Kondisi ini seharusnya diantisipasi untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi. Sebab kenaikan inflasi di negara-negara maju bisa berdampak langsung pada negara-negara berkembag dan negara pasar seperti Indonesia.

"Pemulihan ekonomi ini tidak akan berjalan secara linear, pasti ada jalan terjal dan berkelok, maka kami harus fleksibel dan waspada," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya