Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga minyak goreng dalam beberapa waktu terakhir begitu dirasakan pelaku usaha sektor kuliner. Salah satunya usaha warung tegal atau warteg.
Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, jika harga minyak goreng tetap tinggi maka harga jual makanan di warteg terpaksa ikut naik pada akhir Januari 2022. Hal ini guna menutup kerugian di tengah mahalnya berbagai bahan pangan.
Baca Juga
"Kita masih menunggu sampai akhir Januari 2022. Kalau harga (minyak goreng) tidak turun para pedagang Warteg akan menaikkan harga," katanya saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Selasa (11/1).
Advertisement
Mukroni mengatakan, saat ini, harga minyak goreng di pasaran rata-rata dibanderol Rp 20.000 per kilogram. Padahal, dalam kondisi normal bahan pangan berbasis CPO tersebut hanya dijual sekitar Rp 11.000 per kilogram.
"Nah warteg sendiri rata-rata konsumsi minyak goreng itu 2 sampai 4 kilogram. Artinya biaya yang dikeluarkan hanya untuk minyak goreng sudah tinggi, belum bahan-bahan lainnya," jelasnya.
Sementara di sisi lain, lanjut Mukroni, daya beli konsumen warteg belum kembali ke level normal. Hal ini diperparah dengan perubahan operasional perusahaan melalui penerapan kebijakan work from home (WFH) untuk mengurangi risiko paparan virus Covid-19.
"Sehingga, pelanggan kita yang umumnya berasal dari orang kantoran, pegawai, dan lainnya itu ikut berkurang," keluhnya.
Maka dari itu, dia meminta pemerintah segera melakukan intervensi untuk menekan harga jual minyak goreng di pasaran yang masih tinggi. Antara lain dengan melakukan operasi pasar.
"Kami harapkan segera dilakukan operasi pasar lah untuk mengurangi kenaikan harga minyak goreng ini," tutupnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BUMN Gelar Operasi Pasar 3,7 Juta Liter Minyak Goreng Hingga Mei 2022
Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir beserta perusahaan BUMN akan melakukan intervensi atau operasi pasar sekitar 3,7 juta liter minyak goreng hingga Mei 2022.
"BUMN melakukan operasi pasar, artinya kami melakukan intervensi di mana sampai bulan Mei 2022 kami akan melakukan intervensi sekitar 3,7 juta liter minyak goreng," ujar Erick Thohir saat menyampaikan pidato kunci di Universitas Sumatera Utara di Medan ditulis Antara, Minggu (9/1).
Erick Thohir menegaskan bahwa BUMN berperan sebagai penyeimbang pasar, penyeimbang ekonomi dan juga harus kadang-kadang melakukan intervensi ekonomi ketika terjadi ketidakseimbangan. Contohnya ketika harga masker mahal di masa awal Covid-19, Kimia membuat operasi pasar supaya harga masker murah.
Kemudian juga ketika minyak goreng sekarang mahal karena harga kelapa sawit naik. Jika harga kelapa sawit jatuh yang risau adalah petani dan pengusaha, sehingga jika yang terjadi sebaliknya maka yang risau adalah konsumen.
"Inilah ekonomi, maka dari itu kemarin Presiden RI Joko Widodo menugaskan tidak hanya kepada BUMN namun kepada seluruh pelaku usaha swasta untuk menggelar operasi pasar 1,25 miliar liter minyak goreng," kata Erick Thohir.
Advertisement