Liputan6.com, Jakarta Ketua umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Sarman Simanjorang, mengatakan pertumbuhan kuartal I-2022 diangka 5,01 persen memberikan prospek yang menjanjikan akan keberlanjutan pemulihan ekonomi yang semakin membaik di kuartal II,III dan ke IV-2022.
Namun, pemulihan positif akan tercapai dengan catatan penyebaran covid-19 dapat dikendalikan dengan angka yang sangat rendah.
“Jika dalam dua minggu kedepan pasca libur Idul Fitri kasus Covid-19 tidak terjadi kasus yang meningkat, maka kita berharap Pemerintah agar merubah status pandemi ke endemi, tentu ini akan memulihkan tingkat kepercayaan pasar dan pelaku usaha bahwa ekonomi kita akan segera pulih target pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2022 di kisaran 5-5,5 persen akan dapat tercapai,” kata Sarman, Selasa (10/5/2022).
Advertisement
Menurut Sarman, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 menjadi sinyal positif bahwa pemulihan ekonomi Indonesia sudah semakin membaik. Dimana daya beli masyarakat kita tumbuh secara perlahan, kinerja sektor pariwisata seperti hotel, restoran, cafe, travel, transportasi semakin membaik.
Begitupun dengan sektor perdagangan, kata Sarman juga semakin bergairah dan memberikan multiplier efect terhadap sektor lain, seperti kinerja industri pengolahan, pergudangan atau logistik dan transportasi tumbuh positif.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dibanding kuartal I 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 tumbuh 5,01 persen. Sedangkan, ekonomi terkontraksi 0,96 persen jika dibanding kuartal IV 2021.
"Ekonomi sudah pulih, tapi kondisi ketenagakerjaan belum sepenuhnya pulih meskipun sudah ada perbaikan (kondisi ekonomi)," kata Margo dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, Senin (9/5/2022).
Mengutip materi paparannya, jumlah pengangguran per Februari 2022 sebanyak 8,40 juta orang. Angka ini diketahui menurun sebesar 350 ribu orang.
Namun, angka ini lebih tinggi dibandingkan periode 2019 sebanyak 6,93 juta orang. Pada Februari 2021 19,10 juta orang usia kerja terdampak covid-19 dan tersisa 11,53 juta orang.
"Kondisi tenaga kerja kita sampai Februari 2022 dari levelnya itu bisa dikatakan belum sepenuhnya pulih dari kondisi sebelum covid-19," pungkasnya.
Advertisement
Pengamat: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sebenarnya Terkontraksi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2022 terhadap kuartal I 2021 sebesar 5,01 persen. Sementara pada kuartal I tahun lalu, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 3,69 persen.
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan, secara sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dialami bidang-bidang yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti sektor pertanian, transportasi, dan perdagangan, yang menandakan bahwa masyarakat sudah mulai beraktifitas kembali secara normal sehingga ekonomi mulai bergerak lagi.
“Dan ini pula yang menjadi alasan mengapa terjadi penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi di kuartal ini, sebagaimana dikatakan oleh kepala BPS kemarin,” kata Rony kepada Liputan6.com, Selasa (10/5/2022).
Selain itu, ekspor juga mengalami kenaikan tajam. Penyebabnya tentu saja kenaikan tajam harga-harga komoditas utama Indonesia di pasar internasional, terutama harga CPO, batu bara, dan nikel, yang memang sangat menanjak sejak awal tahun.
“Namun dari data BPS dicatat bahwa jika baseline perhitungan adalah kuartal IV tahun 2021, pertumbuhan kuartal I tahun ini justru kontraksi 0,96 persen. Sebagaimana perkiraan, kontraksi terbesar terjadi pada jasa layanan kesehatan dan konsumsi pemerintah yang tercatat lebih dari 50 persen,” ujarnya.
Bisa Dipahami
Menurutnya, sangat bisa dipahami. Awal tahun ini memperlihatkan pengendoran penegakan protokol kesehatan di satu sisi, yang berarti penurunan penggunaan jasa layanan kesehatan, dan adanya momen konsumsi tinggi di akhir kuartal pertama, yakni di bulan april, mengingat jadwal Lebaran jatuh di tanggal 2 Mei atau awal kuartal kedua.
“Walhasil, konsumsi untuk sektor transportasi dan perdagangan terkerek cukup tinggi. Tak lupa juga, kenaikan konsumsi tersebut juga didorong oleh inflasi yang cukup tinggi untuk barang kebutuhan pokok, terutama minyak goreng, yang menyedot sebagian pendapatan (disposable income) rumah tangga,” ujarnya.
Maka, pertumbuhan kuartal I tahun ini secara kuartalan sebenarnya mengalami kontraksi, tapi secara year on year mengalami kenaikan 5,01 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu.
Penyebab utamanya, pertama, pelonggaran protokol kesehatan yang membuat masyarakat kembali mulai bekerja di sektor-sektor utama penyerap tenaga kerja seperti pertanian, transportasi, dan perdagangan.
Kedua, ada momen konsumsi lebaran yang terjadi di akhir kuartal pertama. Ketiga, tingkat inflasi, baik pada harga komoditas pokok seperti minyak goreng maupun harga komoditas ekspor andalan Indonesia yang mengerek naik kontribusi ekspor impor nasional pada pertumbuhan ekonomi.
Advertisement