Liputan6.com, Jakarta - Ternyata beberapa orang meraih keuntungan dari keberadaan perang Rusia Ukraina. Salah satu yang bisa menikmati hal ini adalah miliarder asal India Mukesh Ambani.
Perang Rusia Ukraina telah membuka peluang arbitrase yang begitu menarik sehingga Reliance Industries Ltd. menunda pekerjaan pemeliharaan di kompleks penyulingan minyak terbesar di dunia untuk menghasilkan lebih banyak solar dan nafta setelah harga melonjak.
Baca Juga
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (11/5/2022) kilang yang dimiliki Mukesh Ambani, membeli kargo minyak mentah yang didiskon setelah sanksi Uni Eropa atas bahan bakar Rusia, mendorong margin pada beberapa produk minyak ke level tertinggi dalam tiga tahun.
Advertisement
Sebagai informasi, kilang raksasa Reliance dapat memproses sekitar 1,4 juta barel setiap harinya dari hampir semua jenis minyak mentah.
Perusahaan yang dipimpin Mukesh Ambani ini juga dikenal karena kelincahannya dalam perdagangan minyak, yang membantunya mendapatkan keuntungan dari perubahan harga.
"Kami telah meminimalkan biaya bahan baku dengan mengambil barel arbitrase," kata Chief Financial Officer Reliance Industries, V. Srikanth.Â
Penyulingan India telah menyerap barel diskon yang dijauhi oleh Amerika Serikat dan sekutunya yang berusaha mengisolasi pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin - respons atas perang di Ukraina.
Aliran minyak Rusia ke India tidak dikenai sanksi, dan sementara pembelian tetap sangat kecil dibandingkan dengan total konsumsi India.
Aliran minyak ini membantu menahan laju inflasi yang cepat yang memicu protes di beberapa wilayah anak benua itu.
Perusahaan penyulingan milik negara dan swasta di importir minyak terbesar ketiga di dunia telah membeli lebih dari 40 juta barel minyak mentah Rusia sejak perang Rusia-Ukraina pecah pada akhir Februari 2022, menurut laporan Bloomberg.
Margin Diesel Melonjak 71 Persen
Presentasi Reliance Industries menunjukkan, margin diesel melonjak 71 persen pada Januari-Maret 2022 dari kuartal sebelumnya, sementara pada bensin naik 17 persen dan harga nafta naik 18,5 persen.
Reliance yang berbasis di Mumbai, yang memperoleh sekitar 60 persen pendapatannya dari minyak, melaporkan laba kuartalan yang lebih rendah dari perkiraan pada Jumat (6/5) karena kewajiban pajak dan biaya yang lebih tinggi, di sisi lalin konglomerat mengimbangi keuntungan yang diperoleh dari ekspor bahan bakar.
Laba bersih naik 22 persen menjadi 162 miliar rupee (USD 2,1 miliar) dalam tiga bulan yang berakhir 31 Maret, jauh di bawah rata-rata laba 168,2 miliar rupee yang diperkirakan oleh survei analis Bloomberg.
"Pengurangan impor diesel oleh Eropa dari Rusia dan persediaan global yang rendah akan mendukung margin," kata Srikanth.
Namun, kemungkinan gangguan dari lonjakan kasus Covid-19 di China dan masalah rantai pasokan lainnya dapat mengganggu permintaan, tambahnya.
Advertisement
Reliance Industries Bakal Bangun Fasilitas Petrokimia di Abu Dhabi
Reliance Industries sebelumnya juga telah menyepakati kemitraan bersama perusahaan minyak Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) untuk membangun fasilitas produksi petrokimia di Abu Dhabi.
Kesepakatan kerja sama ini menjadi investasi perdana Reliance Industries di Timur Tengah.
Dilansir dari laman Forbes, kerja sama proyek pembangunan fasilitas produksi petrokimia itu pun mengeluarkan dana yang fantastis, yaitu senilai USD 2 miliar atau Rp 28,8 triliun.
Dalam kemitraan dengan ADNOC dan dana kekayaan negara Uni Emirat Arab ADQ, Reliance akan membangun pabrik petrokimia skala dunia di kompleks industri Ta'ziz di Ruwais, berlokasi sekitar 240 kilometer barat Abu Dhabi.
"Reliance adalah mitra strategis yang berharga dan kolaborasi kami di Ta'ziz menggarisbawahi peran penting kerjasama industri dan energi sebagai sarana untuk memperkuat hubungan yang mengakar antara UEA dan India," demikian pernyataan bersama Menteri industri dan teknologi UEA Al Jaber, dan CEO ADNOC.
"Kami membangun kemitraan ini dan kemajuan di Ta'ziz untuk membuka lebih banyak peluang dan mendorong pertumbuhan industri serta manufaktur UEA," tambah pernyataan itu.
Fasilitas pabrik petrokimia di kompleks Ta'ziz nantinya akan memproduksi bahan kimia seperti klor-alkali, etilen diklorida dan polivinil klorida.
Selain itu, Ta'ziz juga akan menjadi fasilitas petrokimia pertama di UEA, yang mengembangkan kompleks industri Ta'ziz sebagai bagian dari inisiatif untuk membuat produk minyak bernilai tinggi bagi konsumsi domestik serta untuk ekspor ke Asia Tenggara dan Afrika.
"Usaha bersama ini adalah kesaksian akan hubungan yang kuat dan berkembang antara India dan UEA dan akan menjadi tolak ukur untuk lebih banyak proyek serupa yang dibangun di atas kekuatan kedua negara," tutur Ambani, yang menandatangani perjanjian pemegang saham dengan Al Jaber di kantor pusat ADNOC, di Abu Dhabi.