Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Kementan: Peternak Jangan Panic Selling

Kementerian Pertanian mengingatkan agar peternak yang akan menjual hewan qurban tidak perlu panic selling, terkait menyebarnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Jun 2022, 13:30 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2022, 13:30 WIB
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Nasrullah.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Nasrullah.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Nasrullah, mengingatkan agar peternak yang akan menjual hewan qurban tidak perlu panic selling, terkait menyebarnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

“Peternak jangan panik, panic selling mau lebaran, tapi tenang karena sumber-sumber ternak kita juga banyak dari wilayah yang tidak tertular,” kata Nasrullah saat ditemui di gedung Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, di Jakarta, Kamis (9/6/2022).

Diketahui, penyakit mulut dan kuku telah menyebar ke belasan provinsi di Indonesia. Data Kementerian Pertanian pada 22 Mei 2022 menyebut, sebanyak 16 provinsi dan 82 kabupaten/kota terjangkiti penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak dengan total 5.454.454 ekor terdampak dan 20.723 ekor sakit.

Semula, penyakit yang mengintai hewan ternak berkuku belah itu hanya mewabah di Provinsi Jawa Timur dan Aceh pada awal Mei 2022.

Nasrullah pun menegaskan, Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi tidak berbahaya bagi manusia, namun menjadi salah satu penyakit hewan menular paling berbahaya pada sapi. Penyakit tersebut juga memiliki daya tular yang sangat cepat.

Kendati begitu, Kementan tengah mempersiapkan vaksin untuk hewan-hewan ternak yang terjangkit virus, serta bagi hewan ternak di wilayah wabah yang belum terkena virus. Tujuannya, agar hewan ternak yang belum terjangkit bisa terselamatkan.

“Yang disuntik yang sehat di wilayah wabah, yang gak di wilayah wabah ya enggak,” ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Impor Vaksin

Produksi Susu Sapi Perah di Jakarta Tidak Terpengaruh PMK
Sejumlah sapi terlihat di salah satu peternakan sapi perah kawasan Duren Tiga, Jakarta, Rabu (25/5/2022). Menurut pekerja, isu wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) akhir-akhir ini tidak berpengaruh terhadap penjualan susu sapi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Untuk tahap awal, Kementan tengah mempersiapkan impor 3 juta vaksin untuk hewan kurban. Vaksin tersebut diperkirakan akan tiba minggu depan di Indonesia.

Untuk sumber vaksinnya, Nasrullah tidak menyebutkan secara rinci. Namun yang pasti, vaksin diperoleh dari berbagai sumber.

“Vaksin minggu depan udah datang, jawaban ini virus kan vaksin seperti covid-19. kami terus berupaya dipercepat, untuk awal ya mungkin sekitar lebih dari 3 jutaan dosis, dari berbagai sumber, anggarannya saya tidak hapal,” ujarnya.

Nantinya, satu hewan ternak akan disuntik satu dosis. Hewan ternak yang disuntik itu diantaranya hewan ternak yang sehat di wilayah wabah, sementara hewan ternak di luar wilayah wabah tidak akan divaksin.

“Insya Allah obat-obatan juga kita drop terus menerus dan kita juga perlu dukungan Pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten. Kemudian ini juga tidak menular ke manusia, dagingnya bisa dimakan,” ujarnya.

Demikian, Kementerian Pertanian sangat serius menangani PMK ini. Pihaknya akan terus berusaha semaksimal mungkin agar hewan ternak di wilayah wabah tersebut bisa ditangani

“Kita ga main-main. dan telah berupaya semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan, kita lakukan untuk itu. Kedua, bahwa penanganan ini tentunya mempunyai potensi-potensi yang kelihatan menuju  ke arah kesembuhan,” pungkasnya.

Bulog Jamin Daging Kerbau Impor Bebas Penyakit Mulut dan Kuku

FOTO: Penjualan Daging Sapi di Pasar Senen Merosot Akibat Virus PMK
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2022). Maraknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak seperti sapi dan kambing sejak beberapa waktu lalu, serta ditambah masih tingginya harga berimbas pada merosotnya penjualan daging di Pasar Senen hingga 50 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Perum Bulog memastikan, daging kerbau beku impor yang datang bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Hal ini menepis kekhawatiran masyarakat menjelang perayaan Idul Adha.

Hal ini ditegaskan langsung oleh Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto, dalam keterangannya setelah mendapatkan hasil PCR negarif dari Pusat Veteriner Farma, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terhadap sampel daging kerbau beku milik Bulog.

Suyamto mengatakan, demi meyakinkan lagi terhadap kondisi daging kerbau beku yang diimpor Bulog dari India, juga menyikapi maraknya pemberitaan terhadap penyakit mulut dan kuku yang menyerang ternak sapi di beberapa daerah, Bulog melakukan uji PCR di Pusat Veteriner Farma pada 2 Juni 2022.

Bulog secara rutin melakukan uji laboratorium, termasuk uji PMK untuk meyakinkan bahwa daging beku dari India memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

"Alhamdulillah hasil uji PCR nya kemarin (Sabtu, 4 Juni 2022) sudah keluar dengan hasil negatif. Jadi Bulog lebih yakin lagi untuk mendsitribusikan komoditas daging kerbau beku ini guna mencukupi kebutuhan daging di tanah air," kata Suyamto, Minggu (5/6/2022).

Ditambahkannya, sebelum ada wabah PMK pun mekanisme importasi daging kerbau yang dikelola Bulog telah lolos verifikasi dari Kementerian Pertanian.

Pasalnya, daging kerbau saat tiba di Indonesia langsung diperiksa tiap kontainer oleh Balai Karantina Tanjung Priok Kementerian Pertanian, dan diberi sertifikat oleh balai tersebut.

Sebelum dilakukan pengiriman ke Indonesia, daging kerbau yang diimpor Bulog ini pun dipastikan hanya dilakukan oleh suplier yang telah mendapat sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Selain itu juga telah memenuhi kriteria kesehatan hewan dan dinyatakan layak di konsumsi manusia (fit for human consumption) sebagaimana dinyatakan dalam sertifikat kesehatan (Health Certificate) dari Lembaga Veteriner di India," imbuhnya.

Penyakit Mulut dan Kuku Bikin Sapi Tak Produktif

Banner Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Merdeka.com/Imam Buhori)
Banner Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Penyakit mulut dan kuku telah menyebar ke belasan provinsi di Indonesia. Data Kementerian Pertanian pada 22 Mei 2022 menyebut, sebanyak 16 provinsi dan 82 kabupaten/kota terjangkiti penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak dengan total 5.454.454 ekor terdampak dan 20.723 ekor sakit. Semula, penyakit yang mengintai hewan ternak berkuku belah itu hanya mewabah di Provinsi Jawa Timur dan Aceh pada awal Mei 2022.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi tidak berbahaya bagi manusia, namun menjadi salah satu penyakit hewan menular paling berbahaya pada sapi. Penyakit tersebut juga memiliki daya tular yang sangat cepat, seperti disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jawa Timur drh Deddy F Kurniawan.

"Penyakit mulut dan kuku ini memang faktanya menjadi salah satu penyakit sapi yang paling ditakuti di dunia," ujar Deddy di Jakarta, Senin (30/5/2022).

Sapi yang tertular PMK akan mengalami luka lesi atau lepuh pada bagian mulut, puting dan sekitar kuku kaki dalam waktu kurang dari sepekan. Kondisi tersebut akan menyulitkan sapi untuk makan dan minum.

"Sapi yang tadinya demam sampai muncul lesi-lesi itu butuh waktu kurang dari seminggu saja. Jadi ini begitu cepat ya efeknya," kata Deddy.

Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani, sapi dapat berujung kematian karena mengalami kekurangan nutrisi.

Penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh virus dari family Picornavirdae yang ditularkan melalui secara langsung maupun tak langsung pada hewan ternak berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, kerbau, dan babi.

Deddy mengatakan, PMK dapat ditularkan melalui semua jalur yakni melalui udara (airborne) dan seluruh sekresi cairan sapi baik itu lendir, urine, feses, susu ataupun cairan dari lepuh pada mulut dan kaki sapi serta melalui benda yang terkontaminasi virus.

"Itu semuanya mengandung virus," kata Deddy. 

Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya