Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) berkomitmen menjaga ketahanan energi seiring dengan pengurangan emisi karbon yang berasal dari batu bara. Namun memang, saat ini batu bara merupakan salah satu aset atau sumber pembangkit tenaga listrik jumlahnya masih terlalu banyak, dan sayang untuk dipensiunkan dini.
Tak patah arang, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, perusahaan mulai mengganti batu bara dengan biomassa. Sehingga asetnya tetap berjalan, dan emisinya bisa dikurangi.
Baca Juga
Memang dalam perjalanannya program transisi energi ini bukan perkara mudah. Guna menguatkan misi tersebut, Darmawan lantas mengajak timnya untuk meniru semangat Bung Tomo dan kolega dalam menghadapi serangan tentara NICA di Perang Surabaya.
Advertisement
"Dalam analisanya (program biomassa untuk ketahanan energi) dibutuhkan tanah yang luas. Tanahnya pun kering, membutuhkan jutaan rakyat harus bekerja produktif memproduksi energi yang berbasis pada kerakyatan," kata Darmawan dalam sesi seminar bioenergi, Kamis (30/6/2022).
"Ini lah yang kita sebut kekuatan rakyat Indonesia. Maka ada konsep namanya Hankamrata, pertahanan keamanan rakyat semesta," seru dia.
Darmawan tak menyangkal, PLN dalam menyediakan energi primernya masih menggunakan banyak batu bara. Sebab, perseroan masih punya banyak kontrak penyediaan batu bara terhadap korporasi.
"Kalau bicara batu bara kontraknya terhadap korporasi. Tapi kita berbicara biomassa. Kita bicara rantai pasok yang sedang berusaha dibangun," ungkap dia.
"Konsepnya sama. Tadi perang Surabaya adalah pertanahan kemananan rakyat semesta. Kali ini bagaimana membangun ketahanan energi berbasis pada kekuatan rakyat semesta," tandasnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Maudy Ayunda: Transisi Energi Jadi Salah Satu Isu Prioritas Presidensi G20 Indonesia
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia Maudy Ayunda mengatakan, Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat mempercepat dan memperkuat transisi energi global yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
"Transisi energi berkelanjutan merupakan salah satu isu prioritas Presidensi G20 Indonesia. Kita semua pasti merasakan dampak dari isu ini, di mana suhu bumi semakin memanas setiap tahunnya. Studi terbaru menyebutkan suhu tahunan bumi diperkirakan naik hingga 1,5 derajat Celcius selama lima tahun ke depan," kata Maudy dikutip dari Antara, Kamis (12/5/2022).
Sektor energi merupakan kontributor perubahan iklim paling dominan yang menyumbang hampir 90 persen dari emisi CO2 secara global. Aktivitas manusia juga telah berdampak luas pada kerusakan atmosfer, laut, kriosfer, dan biosfer, sehingga mengakibatkan kerugian dan kerusakan alam permanen di muka bumi.
"WHO juga telah menyebutkan perubahan iklim ancaman terbesar kesehatan global di abad 21. Munculnya banyak penyakit baru sampai menyebabkan pandemi di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah salah satu dampak nyata ancaman perubahan iklim ini," ujar Maudy.
Oleh karena itu, menurut Maudy, ancaman serius itu perlu segera ditangani bersama dalam Presidensi G20 Indonesia. Secara umum, kata dia, ada tiga isu transisi energi yang diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia.
Pertama, energy accessibility atau ekses energi yang terjangkau, berkelanjutan, dan dapat diandalkan. Tujuannya, untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam memfasilitasi akses ke penelitian dan teknologi bersih termasuk energi terbarukan, efisiensi energi, dan teknologi bahan bakar fosil yang maju dan lebih bersih, serta mendorong investasi dalam infrastruktur energi dan teknologi energi bersih.
"Hal ini juga mendorong pencapaian target sustainable development nomor 7 yang batas waktunya hingga 2030," tambah Maudy.
Â
Advertisement
Isu Lain
Kedua, smart and clean energy technology, yaitu mendorong implementasi teknologi pintar dan bersih, baik dalam konteks efisiensi energi, pengurangan emisi, maupun pengembangan energi terbarukan.
Ketiga, advancing energy financing, yaitu pembiayaan untuk mendukung dua poin sebelumnya. Maudy mengatakan, skema dan mekanisme pembiayaan perlu dikembangkan dan mengurangi berbagai hambatan dengan menggalang kolaborasi semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun filantropi dengan model bisnis atau public-private partnership yang inovatif.
Menurut Maudy, transisi energi berkelanjutan memiliki tingkat urgensi yang sangat tinggi sehingga harus menjadi perhatian semua pihak. Masyarakat pun dapat mengambil peran untuk terlibat langsung dalam mendukung hal tersebut.
"Aktivitas sederhana yang secara perlahan bisa kita transisikan adalah penggunaan transportasi umum untuk mengurangi energi gas buang," kata Maudy.
Selain itu, kata Maudy, penggunaan kendaraan listrik juga menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk merealisasikan penerapan transisi energi berkelanjutan atau negeri hijau.
"Para pembuat kebijakan di G20 ini bahkan sudah menerapkannya selama gelaran G20. Mobilisasi mereka dilakukan menggunakan kendaraan listrik yang ramah lingkungan," ujar Maudy.Â